Minggu, 12 Mei 2013

Resume Jurnal :: “Tumbuhan Indonesia sebagai Sumber Nulin”



“Tumbuhan Indonesia sebagai Sumber Nulin”
Partomuan Srmanjuntak, Judbi Rachmat, Nita Rosaljnda
Maret, 2004

Nama inulin pertama sekali digunakan oleh Thornson pa& tahun 1811 yang diturunkan dari nama genus "inula" (Alant) dari keluarga bunga matahari (Compositae). Inulin yang merupakan senyawa polifruktan mempunyai rantai ikatan linier β &2,l-polifruktan dengan satu unit terminal glukosa pada rantai ujung (CamitidMg 1991; Dische & Borentreund, 1981). Senyawa kimia inulin yang terdapat dalam tumbuhan disimpan sebagai cadangan karbohidrat, terutama pada tumbuhan keluarga Compositae dan Graminae. Sampai saat ini hanya beberapa tumbuhan saja yang telah dilaporkan yang mempunyai kandungan inulin yang tinggi seperti tumbuhan Jerusalem Artichoke (Helianthus tuberism L.), Chichori (Chicharium in$&$, Dahlia (Dohliapinnnta) dan lain-lain. Untuk itu Peneliti mencoba mencari sumber inulin dari beberapa tumbuhan Indonesia asal Wonosobo (Jawa Tmgah), telah dilakukan penelitian isolasi dan kuantifikasi kadar inulin dalam tumbuhan tersebut. Adapun jenis (spesies) tumbuhan yang diteliti umumnya termasuk keluarga Compositae, Poaceae, dan Amaryllidaceae.
Penelitian dilakukan guna mencari sumber inulin dari berbagai jenis tumbuhan di Indonesia asal Wonosobo (Jawa Tengah) khususnya tumbuhan dari keluarga Amaryllidaceae, Asteraceae, Iridaceae, dan Poaceae. Inulin merupakan senyawa kimia polifruktosa yang banyak digunakan dalam industri pangan untuk menggantikan sirup sukrosa. Karena fruktosa yang terdapat dalam inulin memiliki tingkat kemanisan yang lebih tinggi dibanding sukrosa, glukosa dan gula lainnya. Sehingga akan lebih hemat. Dengan tingginya kadar frutosa pada inulin maka perlu diadakan penelitian yang sangat urgen terutama di Wonosobo (Jawa Tengah) Indonesia.
Bahan simplisia yang digunakan antara lain beberapa jenis tumbuhan dari Wonosobo (Jawa Tengah) dari keluarga Compositae, Poaceae, dan Amaryllidaceae. Identifikasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Bogoriense, LIPI Bogor. Bahan kimianya adalah Ca(OH)2, H3PO4, H2SO4, 70% sistein 1,5%, dan karbozole 0,12%. Peralatan yang digunakan autoclaf (untuk sterilisasi), inkubator goyang (untuk pengadukan), dan spektofotometer (untuk pengukuran absorbansi simplisia). Metode penelitian meliputi 2 tahap yaitu ekstraksi dan analisis. Tahap ekstraksi meliputi Simplisia yang merupakan bagian akar/umbi dicuci lalu dipotong kecil-kecil. Kemudian dimasukkan dalam  autoclaf dengan suhu 1200C selama 20 menit. Hasilnya disaring dengan kassa/kertas saring. Kemudian filtrat ditambahkan Ca(OH)2 hingga pH 11 dan disaring pada suhu 800C. Filtrat yang diperoleh dinetralkan dengan penambahan H3PO4 hingga pH 6,5 dan disaring, kemudian dipekatkan hingga ± 100ml. Sedangkan pada tahap analisis yaitu filtrat yang telah dipekatkan 200ml ditambah 1 ml enzim inulase. Lalu diinkubasi dan digoyang-goyang selama 48 jam, 72 jam pada suhu 600C dengan kecepatan 80 rpm. Hidrolisat yang diperolehdiambil 1 ml dan ditambahkan 0,2 ml sistein 1,5% lalu dipanaskan pada suhu 600C selama 20 menit lalu didinginkan. Setelah dingin dilakukan pengukuran absorbansi sampel dengan spektrometer. Lalu dianalisis kadar inulinnya sesuai 3 jenis variasi yang ditetapkan.
Pada tahap ekstraksi, terjadi pemisahan dan pemurnian inulin dengan menghilangkan bahan-bahan tersuspensi akibat proses liming (proses fosfatasi dan karbonasi). Sedang tahap 2 berfungsi untuk hidrolisis inulin menjadi gula bentuk fruktosa dan glukosa. Proses penetralan inulin dengan fosfatasi dan karbonasi menghasilkan endapan dalam jumlah berbeda dan hasil yang memberikan jumlah inulin lebih banyak adalah cara fosfatasi. Pemberian Ca(OH)2 merupakan cara terbaik untuk pemurnian endapan inulin, hasil percobaan menunjukkan bahwa inulin tidak kehilangan fruktosanya. Penetapan kadar inulin didasarkan pada 3 variasi yaitu tanpa penambahan enzim, penambahan enzim dengan lama inkubasi 48 jam, dan penambahan enzim 72 jam.  Variasi ke-3 lah yang memberikan kadar inulin lebih banyak dibanding yang lain. Penetapan kadar inulin dilakukan dengan cara penghitungannya :
BM fruktosa – BM H2O = 162 = 0,9
    BM Fruktosa                  180
Kadar Fruktosa = PPM x 20 / berat contoh x 1000
Kadar Inulin = Kadar Fruktosa x 0,9

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tumbuhan yang mempunyai kandungan inulin yang tinggi adalah Brambang Utan (Pancratium zeylanicum) 3,65 mg/g ; Tutup Bumi (Elephantopus spicatus) 3,15 mg/g ; Tebu Ireng (Saccharum officinarum) 1,89 mg/g ; Bakung/Bawang Brojol (Crinum asiaticum) 1,32 mg/g ; Alang-alang (Imperata cylindrica) dan Jukut kakawatan (Cynodon dactylon) 1,27 mg/g ; Suket Menuran (Briza minor) 1,16 mg/g ; Suket Jajahean (Panicum repen) 1,11 mg/g ; Suket Pancaran (Erograstis umioloides) 1,03 mg/g.


 Download softfile klik di sini
Included : Resume Paper - Jurnal Paper


Thenkyu for coming :)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar