Minggu, 12 Mei 2013

Daya Ingat Hewan :: Pengaruh Alkohol terhadap Daya Ingat Tikus



Member of this group :: KAMSEUPAY ~ nggih ndoro agagagagg
ringkasan kegiatan proyek

menunggu giliran presentasi

tikus-tikus percobaan

pengerjaan laporan di kost sigit 28-05-2012

pembuatan laporan akhir

Tuan rumah Si Sigit dengan sarungnya.. hahaha
  

A.    JUDUL
PENGARUH PEMBERIAN ALKOHOL SECARA KRONIS TERHADAP MEMORI PADA TIKUS (Rattus norvegicus)

B.     LATAR BELAKANG
Alkoholisme merupakan masalah ekonomi, sosial dan kesehatan masyarakat di sebagian besar dunia. Di Amerika Serikat sendiri kemgian karena menurunnya produktivitas dan kesehatan dalam 1 tahun dikaitkan dengan alkoholisme diperkirakan menelan biaya 117 milyar dolar. Gangguan neurologis yang berhubungan dengan alkohol terdapat dalam jumlah besar, menyebar, dan menghancurkan dengan adanya komplikasi medis pada alkoholisme.
Sistem saraf pusat secara mencolok dipengaruhi oleh alkohol dibandingkan dengan sistem lain dalam tubuh. Meskipun alkohol diyakini sebagai stimulan, tetapi sifat stimulan ini hanya sedikit. Seperti pada obat anastesi dan hipnotik yang lain, alkohol bersifat menekan (depressant) sistem saraf pusat dengan efek menurunkan ketajaman mental serta memperburuk koordinasi motorik seperti pada gambaran orang yang mabuk setelah minum alkohol.
Maze sering digunakan untuk mempelajari fungsi hippocampus. Maze adalah salah satu teknik untuk mempelajari kemampuan belajar pada hewan uji. Efek kronis pemberian alkohol terhadap kinerja maze pada tikus dilihat dari perhitungan kecepatan tikus untuk menemukan jalan keluar.
Hippocampus telah terbukti bersifat peka terhadap bennacam-macam bahan toksik. Contohnya, hippocampus mengalami kerusakan oleh karena toksikan dari lingkungan seperti logam berat, obat-obatan yang disalahgunakan seperti alkohol, benzodiazepam, amfetamin, kokain, morfin, dan lainlain. Perlakuan alkohol kronik akan menginduksi berkurangnya memori, sesuai dengan yang terlihat pada perubahan anatomis dan biokimiawi pada otak depan bagian basal dan hippocampus.
Hippocampus memainkan peranan yang krusial dalam pembentukan peta spasial melalui aktivasi sel-sel place dalam menanggapi lokasi lingkungannya. O'Keefe & Nadel menyatakan bahwa sel-sel place hippocampus melengkapi landasan neuronal untuk pembentukan peta spasial. Oleh karena itu gangguan pada hippocampus akan mengganggu pemakaian peta spasial, misalnya kemampuan untuk membuat jalan pintas. Hippocampus juga terlibat dalam akuisisi dan retensi informasi spasial. Beberapa sel pyramidal di area CA I dan CA 3 pada hipocampus tikus yang sebelumnya bangkit pada saat menempati lokasi spasial tertentu pada lingkungannya atau pada saat tikus bergerak dengan arah tertentu, juga gangguan hippocampus tikus secara bilateral menyebabkan kerusakan yang berat dalam akuisisi dan retensi memori pada bermacam-macam tugas spasia1.
Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah  bagaimanakah pengaruh pemberian alkohol secara kronis terhadap memori tikus (Rattus norvegicus).

C.    RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas dapat dirumuskan beberapa m asalah sebagai berikut :
1.      Apakah pemberian alkohol berpengaruh terhadap memori pada tikus?
2.      Bagaimana pengaruh pemberian alkohol terhadap memori pada tikus?

D.    TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian adalah :
1.      Untuk mengetahui apakah pemberian alkohol berpengaruh terhadap memori pada tikus.
            2.   Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemberian alkohol terhadap memori pada tikus.



A.    MANFAAT PENELITIAN
1.      Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan referensi dan masukan terhadap disiplin ilmu dibidang Biologi khususnya Fisiologi Hewan. Selain itu juga diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan bagi peneliti lain yang akan meneliti dengan tema yang sama.

2.      Manfaat Praktis
                 Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi konsumen alkohol, bahwa alkohol tidak baik jika dikonsumsi secara berlebihan dapat memberi dampak buruk bagi memori otak.





A.    LANDASAN TEORI

Daya Ingat
Kemampuan untuk belajar  (dalam arti luas) sangat dipengaruhi oleh daya ingat yang miliki. Tanpa daya ingat kita tidak dapat berkomunikasi. Tanpa daya ingat kita tidak dapat mengenal diri kita atau orang lain dengan baik.
                        Secara etimologi daya ingat berasal dari kata daya yaitu kemampuan melakukan sesuatu dan ingat yaitu berada dalam pikiran, tidak lupa, timbul kembali dipikiran. Jadi daya ingat adalah kemampuan mengingat kembali dipikiran pengalaman yang telah lampau. Menurut R. Teti Rostikawati, ingatan merupakan suatu proses biologi, yaitu pemberian kode-kode terhadap informasi dan pemanggilan informasi kembali ketika informasi tersebut dibutuhkan. Sedangkan menurut Donald H. Weiss. Ingatan merupakan gudang informasi atau citra, atau proses pembangkitan atau penghidupan kembali pengalaman. Memori tidak dapat dilihat dan disentuh. Jadi dapat disimpulkan bahwa ingatan merupakan suatu proses biologi, yakni informasi diberi kode dan dipanggil kembali.
Jejak Memori (Memori Trace)
Sistem yang terlibat dalam fungsi belajar dan memori adalah sistem limbik, cerebelum dan korteks. Memori merupakan penyimpanan dari pengetahuan yang telah didapatkan untuk bisa dipanggil kembali (recall). Perubahan pada neuron yang berkaitan dengan retensi atau penyimpanan pengetahuan disebut jejak memori atau memory trace.
Penyimpanan informasi yang didapat dilakukan melalui dua tahap, yaitu memori jangka pendek dan panjang. Proses transfer dan penguatan memori jangka pendek menjadi memori jangka panjang disebut sebagai konsolidasi memori.
Secara umum, tidak ada pusat memori tunggal pada otak. Neuron yang terlibat dalam jejak memori tersebar pada regio kortikal dan subkortikal otak. Daerah yang paling utama adalah hippokampus dan struktur asosiasi lobus temporal medial, sistem limbik, cerebellum, korteks prefrontal, dan area lain pada korteks serebri.
Hipocampus
Hipokampus merupakan bagian dari sistem limbik yang berperan penting dalam memori jangka pendek yang melibatkan berbagai stimulus yang berkaitan. LTP terjadi pada area ini. Hipokampus juga berperan dalam konsolidasi menjadi memori jangka panjang. Hipokampus dipercaya sebagai tempat penyimpanan memori jangka panjang sementara sebelum akhirnya dikirimkan ke bagian korteks lain untuk penyimpanan memori secara permanen.
Cerebellum
Cerebellum berkaitan erat dengan memori mengenai prosedur yang melibatkan kemampuan motorik yang didapatkan melalui latihan berulang (misalnya berlatih tari secara rutin). Berbeda dengan declarative memori, memori prosedural ini dapat dibawa atau dikeluarkan tanpa usaha atau sadar.
Korteks prefrontal
Korteks ini berkaitan erat dengan penyusunan kemampuan reasoning complex yang berkaitan dengan memori yang sedang bekerja. Korteks prefrontal berperan sebagai tempat penyimpanan sementara untuk menahan data yang relevan serta bertanggungjawab terhadap fungsi eksekusi yang melibatkan manipulasi dan integrasi informasi seperti perencanaan, penentuan prioritas, problem solving, dan aktivitas organisasi. Fungsi complex reasoning ini juga melibatkan kerja sama dengan semua regio sensoris otak yang terhubung dengan korteks prefrontal melalui koneksi saraf.

Impuls Saraf
Sel-sel di dalam tubuh dapat memiliki potensial membran akibat adanya distribusi tidak merata dan perbedaan permeabilitas dari Na+, K+, dan anion besar intrasel. Potensial istirahat merupakan potensial membran konstan ketika sel yang dapat tereksitasi tidak memperlihatkan potensial cepat. Sel saraf dan otot merupakan jaringan yang dapat tereksitasi karena dapat mengubah permeabilitas membran sehingga mengalami perubahan potensial membran sementara jika tereksitasi. Ada dua macam perubahan potensial membran:
1.      Potensial berjenjang yakni sinyal jarak dekat yang cepat menghilang. Potensial berjenjang bersifat lokal yang terjadi dalam berbagai derajat. Potensial ini dipengaruhi oleh semakin kuatnya kejadian pencetus dan semakin besarnya potensial berjenjang yang terjadi. Kejadian pencetus dapat berupa:
1.      Stimulus
2.      Interaksi ligan-reseptor permukaan sel saraf dan otot
3.      Perubahan potensial yang spontan (akibat ketidakseimbangan siklus pengeluaran pemasukan/ kebocoran-pemompaan)
Apabila potensial berjenjang secara lokal terjadi pada membran sel saraf atau otot, terdapat potensial berbeda di daerah tersebut. Arus (secara pasif )mengalir antara daerah yang terlibat dan daerah di sekitarnya (di dalam maupun di luar membran). Potensial berjenjang dapat menimbulkan potensial aksi jika potensial di daerah trigger zone di atas ambang. Sedangkan jika potensial di bawah ambang tidak akan memicu potensial aksi.
Daerah-daerah di jaringan tempat terjadinya potensial berjenjang tidak mempunyai bahan insulator sehingga terjadi kebocoran arus dari daerah aktif membran ke cairan ekstrasel (CES) sehingga potensial semakin jauh semakin berkurang. Contoh potensial berjenjang:
1.      Potensial pasca sinaps
2.      Potensial reseptor
3.      Potensial end-plate
4.      Potensial alat pacu

2.      Potensial aksi merupakan pembalikan cepat potensial membran akibat perubahan permeabilitas membran. Potensial aksi berfungsi sebagai sinyal jarak jauh.
Istilah-istilah:
1.      Polarisasi (potensial istirahat) à membran memiliki potensial dan terdapat pemisahan muatan berlawanan
2.      Depolarisasi à potensial lebih kecil daripada potensial istirahat (menuju 0 mV)
3.      Hiperpolarisasi à potensial lebih besar daripada potensial istirahat (potensial lebih negatif dan lebih banyak muatan yang dipisah dibandingkan dengan potensial istirahat)
Selama potensial aksi, depolarisasi membran ke potensial ambang menyebabkan serangkaian perubahan permeabilitas akibat perubahan konformasi saluran-saluran gerbang-voltase. Perubahan permeabilitas ini menyebabkan pembalikan potensial membran secara singkat, dengan influks Na+ (fase naik; dari -70 mV ke +30 mV) dan efluks K+ (fase turun: dari puncak ke potensial istirahat). Sebelum kembali istirahat, potensial aksi menimbulkan potensial aksi baru yang identik di dekatnya melalui aliran arus sehingga daerah tersebut mencapai ambang. Potensial aksi ini menyebar ke seluruh membran sel tanpa menyebabkan penyusutan. Cara perambatan potensial aksi:
1.      Hantaran oleh aliran arus lokal pada serat tidak bermielin à potensial aksi menyebar di sepanjang membran
2.      Hantaran saltatorik yang lebih cepat di serat bermielin à impuls melompati bagian saraf yang diselubungi mielin
Pompa Na+-K+memulihkan ion-ion yang berpindah selama perambatan potensial aksi ke lokasi semula secara bertahap untuk mempertahankan gradien konsentrasi. Bagian membran yang baru saja dilewati oleh potensial aksi tidak mungkin dirangsang kembali sampai bagian tersebut pulih dari periode refrakternya. Periode refrakter memastikan perambatan satu arah potensial aksi menjauhi tempat pengaktifan semula. Potensial aksi timbul secara maksimal sebagai respon terhadap rangsangan atau tidak sama sekali (all or none). Variasi kekuatan rangsang dlihat dari variasi frekuensi, bukan dari variasi kekuatan (besarnya) potensial aksi.

Tikus
            Tikus (Rattus norvegicus) adalah hewan yang masih satu kerabat dengan tikus liar ataupun tikus rumah. Tikus tersebar di seluruh dunia. Tikus (Rattus norvegicus)  ini sering ditemukan di dekat bangunan gedung ataupun di tempat lain, jika terdapat makanan dan tempat berlindung. Tikus (Rattus norvegicus)  ini semuanya berasal mula dari keturunan yang telah ada yaitu keturunan dari tikus liar yamg sudah mengalami peternakan secara selektif. Tikus (Rattus norvegicus) biasanya lebih suka hidup pada tempat yang memiliki suhu lingkungan yang tinggi (Anonymous, 2010).
Tikus atau mencit adalah binatang asli Asia, India, dan Eropa Barat. Jenis ini sekarang ditemukan di seluruh dunia karena pengenalan oleh manusia. Tikus memakan makanan manusia dan barang-barang rumah tangga (Amori,1996).
Klasifikasi Tikus (Rattus norvegicus) 
Menurut (Anonymous,2010) Tikus (Rattus norvegicus) yang dalam klasifikasinya dimasukan kedalam sub filum vertebrata (hewan-hewan beruas tulang belakang), kelas mamalia (hewan- hewan menyusui ), ordo rodentia (hewan-hewan yang mengerat ) dan family murridae yang merupakan salah satu hama yang penting pada tanaman pertanian (pangan,horticulur,dan perkebunan). Klasifikasi tikus yaitu ;
Kerajaan          : Animalia
Fillum              : Chordata
Kelas               : Mamalia
Ordo                : Rodentia
Super family    : Muroidae
Familnya          : Muridae
Sub suku          : Murinae
Genus             : Rattus
Species            : Norvegicus

Morfologi dan Anatomi Tikus
Tikus memiliki panjang 65-95 mm dari ujung hidung mereka ke ujung tubuh mereka. Bulu mereka berkisar dalam warna dari coklat muda sampai hitam dan pada umunya memiliki warna putih. Tikus memiliki ekor panjang yang memiliki sedikit bulu dan memiliki deretan lingkaran sisik. Tikus rumah cenderung memiliki panjang bulu ekor lebih gelap ketika hidup erat dengan manusia, mereka berkisar 12-30 gram berat badannya. Banyak bentuk-bentuk domestik Tikus telah dikembangkan yang bervariasi dalam warna dari putih menjadi hitam dan dangan bintik-bintik. (Syariffauzi, 2009 ).
Fisiologi Tikus
Secara umum, Mencit yang merupakan mamalia memiliki sistem pencernaan, sistem ekskresi, sistem reproduksi serta sistem saraf yang hampir sama seperti manusia. Perbedaannya mungkin hanya terpaut 1,89 % saja.
Pengrusakan Memori Oleh Alkohol
Sistem saraf pusat secara mencolok dapat dipengaruhi oleh alkohol dibandingkan dengan sistem lain dalam tubuh. Meskipun alkohol diyakini sebagai stimulan, tetapi sifat stimulan ini hanya sedikit. Seperti pada obat anastesi dan hipnotik yang lain, alkohol bersifat menekan (depressant) sistem saraf pusat dengan efek menurunkan ketajaman mental serta memperburuk koordinasi motorik.
Hippocampus telah terbukti bersifat peka terhadap bennacam-macam bahan toksik. Contohnya, hippocampus mengalami kerusakan oleh karena toksikan dari lingkungan seperti logam berat, obatobatan yang disalahgunakan seperti alkohol, benzodiazepam, amfetamin, kokain, mofin, dan lainlain. Perlakuan alkohol kronik akan menginduksi berkurangnya memori, sesuai dengan yang terlihat pada perubahan anatomis dan biokimiawi pada otak depan bagian basal dan hippocampus. Hippocampus memainkan peranan yang krusial dalam pembentukan peta spasial melalui aktivasi sel-sel place dalam menanggapi lokasi lingkungannya. O'Keefe & Nadel menyatakan bahwa sel-sel place hippocampus melengkapi landasan neuronal untuk pembentukan peta spasial. Oleh karena itu gangguan pada hippocampus akan mengganggu pemakaian peta spasial, misalnya kemampuan untuk membuat jalan pintas.
Hippocampus juga terlibat dalam akuisisi dan retensi informasi spasial. Beberapa sel pyramidal di area CAI dan CA3 pada hippocampus tikus yang sebelumnya bangkit pada saat menempati lokasi spasial tertentu pada lingkungannya atau pada saat tikus bergerak dengan arah tertentu, juga gangguan hippocampus tikus secara bilateral menyebabkan kerusakan yang berat dalam akuisisi dan retensi memori pada bermacam-macam tugas spasial.
Mekanisme otak yang mendasari berkurangnya memori yang diinduksi oleh alkohol belum dipahami. Dasar neural untuk gangguan memori karenaalkohol adalah secaracepat bentuk kerusakan memori kerja yang merupakan penahan (buffer) informasi baru atau memori sementara waktu adalah hanya melibatkan hippocampus.
Gangguan fungsi hippocampus karena lesi hippocampus atau aferensiasi utamanya secara konsisten akan mengganggu memori kerja. Alternatif lain dari kerusakan memori spasial dapat disebabkan oleh penyebab lainnya, misalnya telah diamati intake alkohol kronik mengurangi jumlah neuron hippocampus pada tikus. Beberapa peneliti menganggap bahwa alkohol akan mengeluarkan efek neurotoksik melalui efisiensi tiamin sekunder. Biasanya mekanisme yang juga diperhitungkan pada pola yang sama dari perubahan perilaku dan neuropatologis yang teramati pada tikus dengan pola abnormalitas yang sama terlihat pada kajian neuroimaging dari orang yang tergantung alkohol dengan melihat apakah seseorang secara klinis menunjukkan sindrom Wernicke-Korsakoff atau tidak.
Alkohol mengandung etanol, dimana etanol di dalam tubuh berfungsi untuk mengaktifkan GABA (neurotransmitter inhibitor primer penghantar memori). Sehingga apabila GABA aktif maka impuls-impuls berupa daya ingat atau memori akan terhambat untuk diteruskan, yang akan menyebabkan menurunnya daya ingat dan memori pada individu tertentu (khususnya mamalia).

B.     METODE PENELITIAN

1.    Jenis Penelitian dan Desain Penelitian
a.    Jenis Penelitian
                 Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah eksperimen kuantitatif.
b.    Desain Penelitian
Desain pada penelitian ini adalah penelitian korelasi sebab-akibat untuk mengetahui pengaruh keadaan pertama terhadap keadaan kedua. Pada penelitian ini desain penelitian korelasi sebab-akibat untuk mengetahui pengaruh pemberian alkohol secara  kronis terhadap  memori pada tikus
(Rattus norvegicus)

2.    Variabel Penelitian
Variabel adalah gejala yang bervariasi. Gejala adalah objek penelitian, sehingga variabel adalah objek penelitian yang bervariasi (Sutrisno Hadi dalam Arikunto, 2006:116).
       Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah :
a.    Variabel bebas
Alkohol konsentrasi 15%,alkohol konsentrasi 30%, dan Aquades
b.    Variabel terikat
Kecepatan tikus untuk menyelesaikan labirin dari start sampai finish
c.    Variabel kontrol
Suhu, cahaya, air
Dalam penelitian ini juga diadakan kelompok kontrol yaitu Rattus norvegicus yang tidak diberi alkohol dan kelompok eksperimen yaitu Rattus norvegicus yang diberi Alkohol dengan konsentrasi 15%, Rattus norvegicus yang diberi Alkohol dengan konsentrasi 30% dan Rattus norvegicus yang diberi aquades.

3.    Metode Pengumpulan Data
Dalam melakukan sebuah penelitian sangat memerlukan adanya data untuk memperkuat hasil penelitian tersebut. Metode pengumpulan data yang akan dilakukan oleh peneliti adalah dengan melakukan eksperimen, yaitu memberikan perlakuan yang bervariasi terhadap objek penelitian.

4.    Metode Pelaksanaan
ü  Alat :
a.       Labirin
b.      stopwatch
c.       sonde
d.      Sarung tangan
e.       Gelas ukur
f.       pipet
ü  Bahan :
a.       Tikus (Rattus norvegicus)
b.      2 ml alkohol 15%
c.       2 ml alkohol 30%
d.      akuades
e.       Pelet
ü Cara Kerja :
a.    Memelihara 4 ekor tikus (Rattus norvegicus) dalam kandang yang diusahakan memiliki berat dan panjang yang hampir sama, umur serta jenis kelamin yang sama pula, kemudian tentukan mana tikus sebagai individu kontrol dan 3 tikus sebagai individu eksperimen
b.    Semua tikus diberi makan sama dan juga minum yang sama dalam masa percobaan.
c.    Pada hari pertama dilakukan proses adaptasi bagi tikus, tikus dimasukkan ke dalam labirin sebagai proses belajar, sekaligus dilakukan pengambilan data awal mengenai kecepatan waktu tikus menemukan jalan keluar di labirin.
d.   Setelah pengambilan data, pada hari dan saat itu juga, tikus diberi perlakuan yang berbeda. Tikus sebagai individu kontrol tidak diberi perlakuan apapun, tikus perlakuan I diberi 2 ml aquades, tikus perlakuan II diberi 2 ml alkohol 15% dan tikus perlakuan III diberi 2 ml alkohol 30%. Perlakuan tersebut dilakukan rutin selama dua belas hari.
e.    Pada hari ke 3 setelah pemberian perlakuan, tikus dimasukkan ke dalam labirin, kemudian menghitung waktu yang dibutuhkan tikus untuk keluar dari labirin.
f.     Pengujian dan pengukuran waktu cepat lambatnya tikus keluar dari labirin ini dilakukan 2 hari sekali selama 12 hari. Dengan catatan, apabila terjadi perubahan waktu kecepatan tikus keluar dari labirin yang signifikan, maka pengambilan data dipercepat menjadi 1 hari sekali.
g.    Sampai pada hari ke 12 tikus tetap diuji daya ingat dengan cara memasukkan kembali ke labirin, kemudian mencatat waktunya dan menghitung selisih waktu yang dibutuhkan tikus untuk keluar dari labirin.

5.    Metode Analisis Data
Pengolahan data penelitian yang sudah diperoleh dimaksudkan suatu cara mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga dapat dibaca (readable) dan dapat ditafsirkan (interpretable), (Azwar, 2001 : 123).
                        Data dianalisis dengan Analisis Variansi satu jalur untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pengaruh pemberian alkohol secara  kronis terhadap  memori pada tikus (Rattus norvegicus).

C.    DATA HASIL PENGAMATAN
Terlampir (Lampiran 1)



A.    HASlL DAN PEMBAHASAN
Dalam rangka untuk mengungkapkan pengaruh alkohol terhadap memori, penelitian ini mengungkapkan pengaruh pemberian alkohol secara kronis terhadap tikus yang dimasukkan ke dalam labirin yang kemudian dihitung waktu tikus untuk menemukan jalan keluar menuju pintu keluar. Labirin yang digunakan adalah berbentuk segi empat dengan alur yang berkelok-kelok.
Pada  penelitian  ini  labirin  yang  dimasuki  oleh  tikus (Rattus norvegicus) diperhitungkan  untuk  mendapatkan  gambaran tentang aktivitas tikus dalam menjalankan tugasnya pada  labirin.  Gambaran  tentang aktivitas tikus dalam menjalankan tugas awalnya akan dilakukan selama 12 hari  berturut-turut , akan tetapi akhirnya percobaan hanya dilakukan selama enam hari. Hal ini dikarenakan persiapan yang hendak dilakukan terhambat oleh waktu libur kuliah. Pada percobaan ini, digunakan tikus sebanyak empat ekor. Tikus pertama  sebagai kontrol yaitu tanpa diberi perlakuan dengan ciri-ciri kepala terwarna kuning. Tikus kedua dengan perlakuan pemberian akuades dengan ciri-ciri telinga keriting. Tikus ketiga dengan pemberian alkohol 15% dengan ciri-ciri ekor terwaarna kuning. Sedangkan tikus keempat dengan pemberian alkohol 30% dengan ciri-ciri ekor terwarna hitam. 
Dari hasil perhitungan statistik dengan analisis varian  (Anava)  1 jalan  didapatkan  hasil  Fhitung  <  Ftabe1 (0,094 < 3,10)  dengan taraf kemaknaan 95% dan dengan taraf kemaknaan 99% yaitu (0,094 < 4,94). Hal  ini  menunjukkan  bahwa  tidak ada  pengaruh pemberian alkohol secara kronis terhadap memori tikus, dalam ha1 ini dengan menghitung lamanya waktu yang dibutuhkan tikus untuk menemukan jalan keluar selama enam hari berturut-turut pada waktu tertentu yang sama (pukul 11.00). Adapun pemberian perlakuan menggunakan alkohol secara oral dilakukan pada waktu yang sama pula (pukul 17.00). pemberian alkohol secara oral menggunakan alat yang disebut dengan sonde.
Berdasarkan data hasil pengamatan, pada hari pertama sebagai data awal sebagian besar tikus membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencapai jalan keluar. Hal ini dikarenakan tikus masih berada pada tahap pengenalan terhadap media labirin. Pada hari-hari selanjutnya sampai hari terakhir pengambilan data, diperoleh hasil bahwa waktu yang dibutuhkan tikus untuk menemukan jalan keluar rata-rata lebih sedikit jika dibandingkan dengan data awal. Hal tersebut diketahui dengan melihat selisih waktu setiap harinya. Setelah dibandingkan, dapat diketahui bahwa tikus yang mengalami pertambahan kecepatan waktu paling besar dari hari pertama sampai keenam yaitu tikus pertama yang berperan sebagai tikus kontrol, dengan rata-rata selisih waktu sebesar 47,8 detik. Sedangkan tikus yang mengalami pertambahan kecepatan paling kecil yaitu tikus ketiga (pemberian alkohol 15%), dengan rata-rata selisih waktu sebesar 4,4 detik.
Berdasarkan data tersebut, maka kesimpulan awal yang diperoleh yaitu pemberian alkohol dapat meningkatkan memori pada tikus. Namun, setelah dilakukan penghitungan secara statistik menggunakan analisis uji varian (ANAVA) satu arah diperoleh kesimpulan yang berbeda yaitu pemberian alkohol tidak berpengaruh terhadap memori pada tikus.
Berdasarkan kesimpulan tersebut, percobaan yang telah dilakukan belum dapat membuktikan bahwa pemberian alkohol berpengaruh terhadap memori pada tikus. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor, diantaranya:
·         Waktu percobaan
Sesuai dengan metode percobaan, waktu yang akan digunakan untuk melakukan percobaan adalah 12 hari. Akan tetapi, hanya terlaksana enam hari saja. Proses perubahan memori pada tikus (yang terjadi di dalam hippocampus) akibat pemberian alkohol dapat terlihat setelah pemberian perlakuan minimal selama 12-14 hari (Wulan, 2012). Sehingga percobaan yang telah dilakukan tersebut belum dapat membuktikan pengaruh alcohol terhadap memori pada tikus.
·         Perlakuan terhadap tikus
Pemberian perlakuan berupa alcohol sebanyak 2 ml terhadap tikus dilakuakan secara oral menggunakan sonde. Teknik pemberian perlakuan yang dilakukan saat percobaan kurang tepat sehingga alcohol tidak tepat masuk ke lambung, sebagian kecil keluar kembali melalui mulut. Hal ini mengakibatkan banyaknya alcohol yang dimasukkan ke dalam tubuh tikus kurang berpengaruh terhadap memori.


·         Pengambilan data
Pada saat dilakukan pengambilan data, teknik handling yang kurang tepat sehingga tikus menjadi stress dan proses pengambilan data menjadi terganggu. Sedangkan banyaknya data yang diambil ditargetkan sebanyak dua kali pengulangan.
·         Penjagaan kondisi tikus
Penjagaan berupa pemberian makan dan minum terhadap tikus sesaat sebelum pengambilan data menyebabkan tikus cenderung lebih lama untuk mencapai jalan keluar.

Berdasarkan jurnal dengan judul “Pengaruh Pemberian Alkohol secara Kronis terhadap Memori pada Tikus (Rattus norvegicus)  dari Sri Nabawiyati dkk yang digunakan sebagai acuan dari awal percobaan, beberapa teori diantaranya menyebutkan bahwa pemberian alkohol berpengaruh terhadap memori pada tikus. Alkohol  mengganggu  proses-proses  seperti pola menanggapi, variabilitas perilaku, dan kerja memori spasia1. Pola gangguan dan kerusakan pemetaan  spasial dalam  hubungannya  dengan  pemeliharaan  kemampuan  merunut  kembali  (retrace) atau mengetahui jalur (route) pada tikus kelompok perlakuan akan melengkapi contoh pemisahan domain spasial dan sering diamati secara klinis pada penderita amnesia.
Mekanisme otak yang mendasari berkurangnya  memori  yang diinduksi  oleh  alkohol  belum dipahami.  Dasar neural  untuk  gangguan  memori karena alkohol adalah secara cepat bentuk kerusakan memori  kerja  yang  merupakan  penahan  (buffer) informasi baru atau memori sementara waktu adalah  hanya  melibatkan hippocampus. Gangguan fungsi hippocampus karena lesi hippocampus atau aferensiasi utamanya secara konsisten akan mengganggu memori kerja.
Pandangan umum bahwa minum alkohol adalah buruk untuk pembelajaran dan memori tidaklah salah, kata ahli neurobiologi Hitoshi Morikawa, namun studi ini hanya menyoroti satu sisi dari pengkonsumsian etanol ke dalam otak.
Minum alkohol mengaktifkan area otak tertentu kita untuk belajar dan mengingat lebih baik, demikian yang ditemukan dalam sebuah penelitian terbaru dari Waggoner Center for Alcohol and Addiction Research di The University of Texas at Austin.
Studi Morikawa, yang menemukan bahwa paparan etanol secara berulang meningkatkan plastisitas sinapsis di area kunci dalam otak, merupakan bukti lebih lanjut terhadap hadirnya konsensus dalam komunitas ilmu saraf di mana kecanduan narkoba dan alkohol secara fundamental adalah disorder pembelajaran dan memori.
Dalam pengertian yang penting, kata Morikawa, pecandu alkohol tidak kecanduan dengan pengalaman kesenangan atau membantu mereka mendapatkannya dari meminum alkohol. Mereka kecanduan konstelasi isyarat lingkungan, perilaku dan fisiologis yang diperkuat ketika alkohol memicu pelepasan dopamin di otak.
“Orang biasanya memikirkan dopamin sebagai pemancar bahagia, atau pemancar kesenangan, namun lebih akurat juga pemancar pembelajaran,” kata Morikawa. “Ini memperkuat sinapsis-sipnasis yang aktif saat dopamin dilepaskan.”
Semakin sering kita melakukan sesuatu sambil minum alkohol, dan lebih banyak dopamin yang dirilis, semakin “mempotensasikan” berbagai sinapsis dan semakin kita mendambakan set pengalaman serta  asosiasi yang mengorbit di seputar penggunaan alkohol.

B.     KESIMPULAN
Berdasarkan tinjauan teoritis dan pembahasan penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa pemberian alkohol tidak berpengaruh terhadap memori pada tikus terkait faktor-faktor yang mempengaruhi.


L.       DAFTAR PUSTAKA
Bowden  C and  McCarter  RJSpatial memory in  alco- hol-dependent  subject  : using  a  push-button  maze  to test the principle of equiavailibility.  J Brain & Cogn, 1993; 22: 51-62.
Chamess ME, Simon RP, Greenburg DA. Ethanol and the nervous system. N  Engl J Med,  1989; 321: 442-54.
Gal K and Bardos G. The effect of chronic alcohol treat-ment  on  the  radial  maze  performance  of  rats.  J Neuroreport,  1994; 5(4): 42 1-4
Gasbarri  A,  Sulli,  lnnocenzi  R.  Pacitti  C.  Brioni  JD. S~atial memorv  imuairment  induced  by  lesion  of  the  hippocampal dopaminergic system in the rat. J Neurosci, 1996;74(4): 1037-44.
Givens B. Low doses ofethanol impair spatial working memory and  reduce hippocampal theta activity. J Alco- holism Clin Exp Res, 1993; 19(3): 763-6.
Kometsky C. Pharmacology, Drug Affecting Behaviour. First edition. New York: Wiley & Sons, 1976.
Kieman JA. Histological  and Histochemical Methods. Theory and Practice. First edition. New York: Pergamon press,-1981.
Lucchi L, Moresco RM, Govoni S, Trabucchi M. Effect ofchronic ethanol treatment on dopamine receptor sub-types in rat striatum. I Brain Res 1988; 449: 247-351.
Praktiknya AW.  Statistik  untuk  Penelillan  Kedokteran. Pendekatan Rancanaan Temadu. Keria sama UGM dan PAU-PPAI  UT.Yogyakarta.1994.  
http://www.isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/3510318.pdf - . Diakses tanggal 1 april 2012.
http:// www.medicinesia.com/kedokteran-klinis/neurosains-kedokteran klinis/memori/. Diakses tanggal 1 april 2012.




Klik di sini untuk download softfile word nya ...
Included :: Laporan Jadi - Data Hasil Pengamatan - Jurnal Kegiatan - Analisis Data - Dokumentasi

Terimakasih sudah berkunjung :) 
  


1 komentar:

  1. The 3 Most Popular Casinos in Los Angeles and San Diego
    The 3 Most 사천 출장마사지 Popular Casinos in Los Angeles and 진주 출장샵 San Diego · Wild Casino · El 강릉 출장샵 Royale · 구미 출장안마 Caesars Palace · 포천 출장안마 Sycuan Casino · Caesars

    BalasHapus