Minggu, 12 Mei 2013

Fisiologi Stress



 
RESUME FISIOLOGI STRES


STRES
Definisi
Stres adalah suatu keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik (badan), atau lingkungan, dan situasi sosial, yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol (AAT Sriati, 2007). Definisi ini didapat melalui tinjauan terhadap definisi stres menurut beberapa ahli seperti Julie K (2005), WHO (2003), Morgan & King (1986).
Kajian
 Konsep milieu interieur (lingkungan internal tubuh), diajukan oleh Fisiologis Perancis, Claude Bernard. Dalam keseimbangan dinamis, kekonstanan, kondisi mapan (situasi) di lingkungan badan internal, sangat penting untuk bertahan hidup. Oleh karena itu, perubahan dalam lingkungan eksternal atau kekuatan eksternal yang mengubah keseimbangan internal harus bereaksi dan mengkompensasi supaya organisme dapat bertahan hidup.
Walter Cannon menciptakan istilah homeostasis untuk lebih menentukan keseimbangan dinamis yang telah dijelaskan Bernard. Melalui eksperimen, dia menunjukkan respons "fight or flight" yang timbul pada manusia dan binatang ketika terancam dengan adanya pelepasan neurotransmitter, misalnya, denyut jantung yang cepat, peningkatan kewaspadaan, dan lain-lain. (Nasution I. K., 2007)
Hans Selye, beliau mengatakan bahwa selain daripada respons tubuh, semasa stres kelenjar pituitary juga memainkan peranan. Selain itu, Selye sebenarnya memperkenalkan istilah tegangan dari fisika dan rekayasa dan didefinisikan sebagai "respons bersama yang terjadi di setiap bagian tubuh, fisik atau psikologis." (Nasution I. K., 2007).
Jenis-jenis Stres
Quick dan Quick (1984) dan Hans Selye dalam Girdano (2005) mengatakan bahwa terdapat dua jenis stres, yaitu eustres dan distres. Eustres, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan konstruktif (bersifat membangun). Contohnya adalah organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.
Sedangkan, distres, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Distres adalah semua bentuk stres yang melebihi kemampuan untuk mengatasinya, membebani tubuh, dan menyebabkan masalah fisik atau psikologis sehingga performa tidak maksimal.
Sumber Stres
Penyebab stres dikenali sebagai stresor. Diantaranya adalah, fisik, psikologis, dan sosial. Stresor fisik berasal dari luar diri individu, seperti suara, polusi, radiasi, suhu udara, makanan, zat kimia, trauma, dan latihan fisik yang terpaksa.
Pada stresor psikologis tekanan dari dalam diri individu biasanya yang bersifat negatif seperti frustasi, kecemasan (anxiety), rasa bersalah, kuatir berlebihan, marah, dll.
Sedangkan stresor sosial yaitu tekanan dari luar disebabkan oleh interaksi individu dengan lingkungannya. Seperti kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, pension, perceraian, masalah keuangan, pindah rumah dan lain-lain. (Nasution I. K., 2007).
Mekanisme Stres
Empat variabel psikologik yang mempengaruhi mekanisme respons stres :
1) Kontrol                   : kontrol yang dimiliki seseorang terhadap stresor.
2) Prediktabilitas         : stresor yang dapat diprediksi/tidak.
3) Persepsi                   : pandangan individu tentang dunia dan persepsi stresor.
4) Respons koping      : ketersediaan dan efektivitas mekanisme mengikat ansietas.
Mekanismenya adalah











Gejala Stres
Gejala-gejala psikologis stres : kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung, perasaan frustrasi, rasa marah, dan dendam (kebencian), sensitif dan hyperreactivity, memendam perasaan, dll.
Gejala-gejala fisiologis yang utama dari stres adalah : meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kecenderungan mengalami penyakit kardiovaskular, meningkatnya sekresi dari hormon stres (contoh: adrenalin dan noradrenalin).
Gejala-gejala perilaku dari stres adalah: menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan, menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas, meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan , dsb.
Pengalaman stres sangat individual. Stres yang luar biasa untuk satu orang tidak semestinya dianggap sebagai stres oleh yang lain. Demikian pula, gejala dan tanda-tanda stres akan berbeda pada setiap individu (AAT Sriati, 2007).
Penentuan Tahap Stres
Tingkat stres adalah hasil penilaian terhadap berat ringannya stres yang dialami seseorang. Skala untuk mengukur tingkat stres diantaranya adalah menggunakan Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS 42) atau lebih diringkaskan sebagai Depression Anxiety Stres Scale 21 (DASS 21) oleh Lovibond & Lovibond (1995).
Tingkatan stres pada instrumen ini berupa normal, ringan, sedang, berat, sangat berat. Psychometric Properties of The Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS) terdiri dari 42 item, mencakup 3 subvariabel, yaitu fisik, emosi/psikologis, dan perilaku. Jumlah skor dari pernyataan item tersebut, memiliki makna 0-29 (normal); 30-59 (ringan); 60-89 (sedang); 90-119 (berat); >120 (Sangat berat) (Lovibond & Lovibond, 1995).
Stres pada Mahasiswa
Faktor yang menyebabkan mahasiswa mengalami stres misalnya lingkungan, akademik, persaingan kerja, hubungan interpersonal dan cara pemikiran pelajar. Stres akan dialami dalam berbagai keadaan seperti rasa kesunyian, kurang tidur, keresahan, kebimbangan yang tinggi. (Wright, 1967).
Stres yang bersifat konstan dan terus menerus mempengaruhi kerja kelenjar adrenal dan tiroid dalam memproduksi hormon. Adrenalin, tiroksin, dan kortisol sebagai hormon utama stres akan naik jumlahnya dan berpengaruh secara signifikan pada sistem homeostasis. Namun, pemaparan stres yang ringan atau sementara tidak menyebabkan penyakit sistemik. Ia hanya menyebabkan peningkatan tekanan darah sebagai proses homeostasis. Stres ini memicu respons fight or flight pada tubuh. Ini akan menyebabkan sistem simpatik bekerja. Aktivasi sistem simpatik akan menyebabkan vasokonstriksi supaya darah dipompa lebih banyak dalam masa sesaat, di mana stroke volumenya meningkat langsung meningkatkan tekanan darah (Qureshi.F, 2002). 

TEKANAN DARAH
Definisi
Menurut D.G. Beevers (2002) tekanan darah adalah tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung memompakan darah ke seluruh tubuh.
Mekanisme Kerja Jantung
Dalam melakukan kerjanya jantung mempunyai tiga periode yaitu:
1. Periode Konstriksi (periode sistole)
Periode konstriksi merupakan suatu keadaan dimana jantung bagian ventrikel dalam keadaan menguncup. Sehingga darah keluar dari jantung.
2. Periode dilatasi (periode diastole)
Periode diastole merupakan suatu keadaan dimana jantung mengembang. Sehingga darah masuk ke jantung.
3. Periode istirahat
Peride istirahat yaitu waktu antara periode konstriksi (sistole) dan dilatasi (diastole) dimana jantung berhenti kira-kira 1/10 detik (Lawson.R, 2007).
Penentuan Tekanan Darah
Untuk menentukan besarnya tekanan darah menggunakan cara tidak langsung, yaitu dengan alat sphygmomanometer atau tensimeter. Pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara perabaan (palpasi) dan dengan cara pendengaran (auskultasi). Pengukuran tekanan darah dilakukan secara tidak langsung dengan auskultasi, karena pemeriksaan ini lebih teliti dan mendekati sesungguhnya. Selain menggunakan sphygmomanometer pemeriksaan ini juga membutuhkan alat bantu pendengaran yaitu stetoskop (Qureshi.F, et al., 2002).
Pengaturan Tekanan Darah
Rumusnya :
Tekanan darah = cardiac output x tahanan vaskular
Faktor yang mengubah curah jantung atau tahanan perifer total (jika faktor lain tidak berubah) akan menyebabkan perubahan tekanan arteri rata-rata. Tekanan arteri diatur oleh beberapa sistem yang saling berhubungan dengan melakukan fungsi-fungsi khusus, yang kesemuanya merupakan mekanisme umpan balik saraf yang mulai bereaksi dalam beberapa detik. Mekanisme lain yang mempengaruhi tekanan arteri adalah mekanisme hormonal dan mekanisme perpindahan cairan kapiler.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Tekanan Darah
Faktor-faktor nya adalah :
1.      Umur (Semakin tua maka akan semakin menurun kondisi kardiovaskulernya)
2.      Jenis Kelamin (Wanita memiliki tekanan lebih rendah daripada pria)
3.      Kondisi Kesehatan
4.      Status Gizi
5.      Olahraga (Semakin sering maka akan semakin baik)
6.      Merokok (Zat-zat kimia dalam rokok dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit dan sel darah menjadi lengket)
7.      Alkohol (Dapat meningkatkan tekanan darah sehingga dapat hipertensi)
8.      Kondisi Psikis (Misalnya kondisi psikis seseorang yang mengalami stres akan timbul perlawanan terhadap stres yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah, denyut jantung, laju pernafasan dan ketegangan otot)
Hubungan Stres Ujian dan Tekanan Darah
Situasi stres ujian ini akan mengaktivasi hipotalamus yang selanjutnya mengendalikan dua sistem neuroendokrin, yaitu sistem simpatik dan sistem korteks adrenal. Sistem saraf simpatik berespons terhadap impuls saraf dari hipotalamus yaitu dengan mengaktivasi berbagai organ dan otot polos yang berada di bawah pengendaliannya, sebagai contohnya, ia meningkatkan kecepatan denyut jantung dan mendilatasi pupil. Sistem saraf simpatik juga memberi sinyal ke medula adrenal untuk melepaskan epinefrin dan norepinefrin ke aliran darah. Sistem korteks adrenal diaktivasi jika hipotalamus mensekresikan CRF, suatu zat kimia yang bekerja pada kelenjar hipofisis yang terletak tepat di bawah hipotalamus. Kelenjar hipofisis selanjutnya mensekresikan hormon ACTH, yang dibawa melalui aliran darah ke korteks adrenal. Dimana, ia menstimulasi pelepasan sekelompok hormon, termasuk kortisol, yang meregulasi kadar gula darah. ACTH juga memberi sinyal ke kelenjar Adrenalin, tiroksin, dan kortisol sebagai hormon utama stres akan meningkat jumlahnya dan berpengaruh secara signifikan pada sistem homeostasis. Adrenalin yang bekerja secara sinergis dengan sistem saraf simpatik berpengaruh terhadap kenaikan denyut jantung, dan tekanan darah.
(Semarang, 09 April 2012)
 


Untuk download softfile klik di sini
Thenkyu ....
:)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar