Minggu, 12 Mei 2013

KWU Biologi :: Enceng Gondok - Rawa Pening



Member of Group ::

Anggota kelompok berfoto bersama Pemilik Usaha

Iffa - Intan - Bp Shafi'i - Wulan - Monica - Kharis

Intan - Iffa - wulan

Alex - Khanif - Kharis - Zul


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Banyak orang mengenal tanaman enceng gondok atau dalam bahasa latinnya biasa bernama Eichhornia crassipes, merupakan gulma bagi tanaman di sawah. Selain sebagai gulma dalam jumlah yang besar enceng gondok akan mengakibatkan pendangkalan pada perairan seperti danau atau rawa khususnya di Rawa Pening. Eceng gondok berpotensi menghilangkan air permukaan sampai empat kali lipat jika dibandingkan dengan permukaan terbuka. Tetapi dibalik semua itu banyak peluang usaha yang bisa dihasilkan dari bisnis kerajinan enceng gondok. Enceng gondok merupakan serat alam yang ramah lingkungan sehingga aman untuk bahan kerajinan dan menjadi trend bisnis kedepan.
 Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Eceng gondok dengan mudah menyebar melalui saluran air ke badan air lainnya.
Akhir-akhir ini perkembangan tumbuhan air enceng gondok di perairan sungai, danau, hingga ke perairan payau sangat pesat. Dalam waktu 3–4 bulan saja, eceng gondok mampu menutupi lebih dar 70% permukaan rawa. Cepatnya pertumbuhan eceng gondok dan tingginya daya tahan hidup menjadikan tumbuhan ini sangat sulit dikendalikan. Keberadaan eceng gondok (Eichhornia crassipes) di perairan merupakan masalah. Sekilas tanaman enceng gondok tidak berguna.
Bagi masyarakat di sekitar Rawa Pening, enceng gondok adalah tanaman parasit yang hanya mengotori rawa dan merugikan petani. Pengelolaan hasil kerajinan dari eceng gondok biasanya bisa kita dapatkan di berbagai toko kerajinan atau supermarket. Dari kerajinan berupa  sandal enceng gondok, tas, dompet serta pernik-pernik perhiasan enceng gondok sampai furniturepun dapat dibuat dari enceng gondok. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya kerajinan tersebut berasal dari tanaman gulma enceng gondok.
Dalam makalah ini, kami akan memaparkan bagaimana dan apa saja usaha-usaha yang dapat dilakukan dalam pemanfaatan tanaman eceng gondok sebagai handy craft atau kerajinan yang bernilai ekonomis sehingga eceng gondok tidak lagi menjadi tanaman merugikan bagi masyarakat.


B.     Rumusan Masalah
a.       Bagaimana cara memanfaatkan eceng gondok sebagai hasil kerajinan ?
b.       Produk apa saja yang dapat dihasilkan dari pemanfaatan tanaman eceng gondok?
c.        Bagaimana pemasaran produk yang dihasilkan?

C. Tujuan
a.     Mendeskripsikan cara memanfaatkan enceng gondok sebagai hasil kerajinan
b.     Menjelaskan produk apa saja yang dihasilkan dari pemanfaatan tanaman eceng gondok.
c.     Menjelaskan cara pemasaran produk yang dihasilkan dari pemanfaatan eceng gondok.

D. Manfaat
a.       Dapat mengetahui manfaat enceng gondok.
b.      Dapat mengetahui produk  yang dihasilkan dari pemanfaatan tanaman eceng gondok
c.      Mengetahui pemasaran dan penjualan produk eceng gondok.



BAB II
PEMBAHASAN

Eceng Gondok dan Rawa Pening
·      Informasi Umum Mengenai Rawa Pening
1.    Lokasi Bahan Baku Pembuatan Kerajinan Eceng Gondok
Danau Rawapening adalah danau yang terjadi secara alamiah karena igir Payung Rong telah membendung Kali Tuntang sehingga menjadi bendungan dengan bentuk agak membulat karena terkait dengan proses geologi yang membentuknya. Kemudian bendungan ini disempurnakan oleh pemerintah Belanda dengan melakukan pembangunan dam pada tahun 1912 – 1916 dengan memanfaatkan Kali Tuntang sebagai satu-satunya pintu keluar. Danau ini kemudiaan diperluas pada tahun 1936 mencapai + 2.667 Ha pada musim penghujan dan pada akhir musim kemarau luas danau Rawapening mencapai + 1.650 Ha.
Danau Rawapening terletak pada Astronomi 704‘  LS - 7030‘ LS dan 1100  24‘46‘‘ BT – 110049‘06‘‘ BT, dan berada di ketinggian antara 455 – 465 meter di atas permukaan laut (dpl) serta dikelilingi oleh tiga Gunung: Merbabu, Telomoyo, dan Ungaran. Letak Danau ini strategis karena berada di tepian jalan raya Nasional Semarang - Solo dan Semarang – Yogyakarta, serta berada di jalan antar Ambarawa – Kota Salatiga.
Secara administrasi Danau Rawapening berada di Kabupaten Semarang, dan daerah tangkapannya sebagian besar berada di Kabupaten Semarang serta hanya sebagian kecil berada  di  Kota  Salatiga  tepatnya  wilayah Kecamatan  Sidomukti  dan  Kecamatan Argomulyo  (lihat  peta  1).  Areal  danau  Rawapening  secara administratif  masuk  4 kecamatan di Kabupaten Semarang yakni :
 -    Sebelah Utara       : Kecamatan Bawen
 -    Sebelah Selatan    : Kecamatan Banyubiru
 -    Sebelah Timur      : Kecamatan Tuntang
 -    Sebelah Barat       : Kecamatan Ambarawa
2. Iklim
Berdasarkan klasifikasi Oldeman, Danau Rawapening termasuk zone C, dan zone D, dan berdasarkan klasifikasi iklim Koppen beriklim Af sehingga klasifikasi iklimnya memiliki ciri sebagai iklim tropis dengan curah hujan yang tinggi. Suhu rata-rata antara 25OC - 29OC serta kelembaman udara antara 70-90%.

3. Curah Hujan
Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik Kabupaten Semarang, jumlah curah hujan pada tahun 2005 ada 133 hari, dengan curah hujan rata-rata 2.387 mm per tahun. Musim penghujan terjadi selama enam bulan (bulan basah) terjadi pada bulan November sampai dengan April, dan musim kemarau selama enam bulan (bulan kering) terjadi pada Mei sampai dengan Oktober dan puncak masa kekeringan terjadi antara bulan Agustus sampai dengan September. Lebih jelasnya lihat hydrograph curah hujan harian dua stasiun rata- rata tahun 2003 – 2007.


·      Pengrajin Eceng Gondok
Karena banyak enceng gondok di Danau Rawapening, maka masyarakat juga memanfaatkannya dengan mengambil enceng gondok untuk dijadikan tempat jamur, pupuk, dan kerajinan. Pola masyarakat adalah setelah bahan diambil, disetorkan ke pengepul dan oleh pengepul dikeringkan dan setelah kering dibuat tali. Pekerjaan kerajinan ini umumnya dilakukan oleh ibu-ibu dan setelah terkumpul banyak dipasarkan ke Yogyakarta, Pekalongan, Bali dll. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam rangka meningkatkan ketrampilan pengrajin melalui berbagai bimbingan dan penyuluhan serta pelatihan. Namun sejauh ini belum menampakan hasil yang positif bagi pengrajin, karena pengrajin  masih  terpola  hanya  mencari  dan  mengambil  enceng  gondok  untuk disetorkan ke pengepul, sehingga masyarakat belum menerima tambahan nilai ekonomis. Barang kali karena sikap masyarakat yang sering terlontar; ―begini saja sudah cukup dan mendapat uang untuk apa harus susah-susah lagi.
Sikap dan mental seperti inilah yang perlu dirubah di kalangan para pencari enceng gondok, agar tumbuh dan berkembang jiwa wirausaha, dengan tidak hanya mencari enceng gondok tetapi lebih dari itu mau berusaha untuk mengembangkan keterampilan untuk meningkatkan nilai ekonomi enceng gondok. Kesadaran inilah yang harus ditumbuhkan dikalangan pencari enceng gondok menajdi pengrajin enceng gondok.Pada sisi lain, tanaman air enceng gondok tumbuh secara liar dan kurang mendapatkan perhatian, sehingga perlu dikembangkan tatacara budidaya enceng gondok.


A.    Bentuk kegiatan
Observasi dan wawancara dengan tanya jawab secara langsung “ Home Industri Bapak Safi’i ” tempat pengolahan limbah eceng gondok di Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah pada Minggu, 23 Desember 2012 pukul 09.00 – 11.00 WIB.

B.     Metode Pelaksanaan Kegiatan
Dalam pelaksanaan kuliah lapangan mata kuliah Kewirausahaan Biologi ini secara terperinci adalah sebagai berikut :
·         Kulo nuwun di “ Home Industri Bapak Safi’i ” tempat pengolahan limbah eceng gondok di Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
·         Duduk bersama di dalam 1 ruangan untuk melakukan wawancara dan diskusi tanya jawab terkait kewirausahaan Bapak Safi’i dalam mengolah limbah eceng gondok.
·         Observasi,studi pustaka dan dokumentasi bagaimana mengolah eceng gondok ke tempat pengolahan eceng gondok menjadi kerajinan dan anyaman tangan dari eceng gondok.
·         Pembelian oleh-oleh sebagai cinderamata.
Berpamitan dan sayonara.




BAB III
Outputs dan Outcome bagi Mahasiswa
A. Outputs
Hasil output pada kegiatan Kuliah Kerja Lapangan ini, adalah sebagai berikut:
1.      Mahasiswa mengetahui Eceng Gondok (Eichornia crassipes) memiliki kebermanfaatan secara komersial. Yakni, batang eceng gondok dapat dijadikan sebagai bahan baku produk kerajinan anyaman yang dapat dikomersialkan.
2.      Mahasiswa mengetahui pemrosesan eceng gondok hingga siap untuk dibuat kerajinan.
3.      Mahasiswa memahamisejarah perintisan usaha enceng gondok yang berani mengambil resiko, tanpa modal, berorientasi tindakan, pembuatan produk yang kreatif, dan inovatif.
4.      Mahasiswa mengerti metode pemberdayaan pekerja yang di lakukan oleh narasumber dengan memperdayakan masyarakat daerah setempat untuk meningkatkan taraf hidup desa tersebut.
5.      Mahasiswa mengenal bagaimana membaca potensi peluang pasar hingga pemasaran sampai ke luar negeri yakni dengan melakukan kerjasama dengan perusahaan.
6.      Mahasiswa mengetahui hambatan – hambatan yang terjadi dalam usaha kecil dan menegah.
7.      Mahasiswa mengetahui kiat – kiat untuk mempertahankan suatu usaha yakni dengan adanya manajemen waktu dan usaha yang baik
8.      Mahasiswa mengerti pentingnya memiliki karakter kewirausahaan untuk menciptakan mata pencaharian yang baru, berbeda, dan ramah lingkungan.
9.      Mahasiswa mengerti pada kerajinan dari Eichornia crassipesdan kerajinan lainnya dibutuhkan pengetahuanmengenai  cara perawatan dan pemeliharaan bahan baku agar tidak mudah rusak dalam penyimpanan.
10.   Mahasiswa mengerti perlunya memiliki  rencana bisnis dan memiliki target omset dalam setiap penjualannya. 


B. Outcomes
1.      Mahasiswa dapat memanfaatkan tanaman eceng gondok (Eichornia crassipes) secara profesional, sehingga dapat dijadikan lahan mata pencaharian yang menguntungkan.
2.      Mahasiswa dapat mengeksplorasi tanaman eceng gondok(Eichornia crassipes) dandapat diolah sedemikian rupa yang kemudian digunakan sebagai bahan dalam membuat aneka kerajinan tangan.
3.      Memiliki prospek pemanfaatan tumbuhan lainnya dengan harga murah, namun harga jual hasil kerajinan tangan tinggi dengan pengerjaan yang mudah.
4.      Mahasiswa dapat memulai merintis usaha tanpa modal, berorientasi tindakan, pembuatan produk yang kreatif, dan inovatif.
5.      Mahasiswamampu mengembangkan usaha sampai dengan skala internasional. Mahasiswa dapat menggunakan metode pemasaran seperti bekerja sama dengan pihak perusahaan besar.
6.      Mahasiswa diharapkan di masa yang akan datang dapat berhasil memberdayakan masyarakat pedesaan untuk ambil bagian dalam usaha kecil dan menengah. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kemandirian dan keterampilan masyarakat pedesaan.
7.      Mahasiswa mampu meminimkan hambatan – hambatan yang akan terjadi dalam usaha kecil dan menegah.
8.      Menumbuhkan keinginan untuk berwirausaha dengan berbahan dasar bahan yang ramah lingkungan
9.      Mampu mengetahui situasi, mempertimbangkan dan mengendalikannya sehingga tidak menjumpai kerugian yang besar dalam kegiatan berwirausaha.



BAB IV
PENUTUP
Rekomendasi untuk usaha kerajinan milik bapak Shafi’i :
1.      Sebaiknya lebih meningkatkan koneksi atau link agar dapat dengan mudah menjual kerajinan eceng gondok
2.      Lebih mendekatkan atau memperkenalkan dengan baik kepada warga sekitar Rawa Pening agar tertarik untuk ikut bersama-sama mengembangkan kerajinan eceng gondok
3.      Jika pemerintah tidak mau diajak untuk maju, sebaiknya mencari sponsor atau bekerja sama dengan perusahaan besar lain untuk dapat mengembangkan usaha kerajinan eceng gondok
4.      Menambah lagi kios penjualan supaya banyak konsumen yang membeli. Bisa dilakukan di luar wilayah Rawa Pening, misalnya di ibukota Kabupaten Semarang (Ungaran) , Kota Semarang, dsb.
5.      Membuka pelatihan secara gratis bagi siapa saja yang akan menekuni kerajinan eceng gondok
6.      Lebih menambah lagi variasi produk sehingga menarik perhatian pembeli
7.      Memiliki ciri khusus / unik agar hasil kerajinan Bapak Shafi’i mudah dikenal dan dihapal oleh konsumen



Ucapan terima kasih kepada :
1.      Alloh SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan keselamatan sehingga kami dapat berkunjung ke usaha kerajinan di wilayah Banyubiru
2.      Bapak Shafi’i yang telah bersedia menjadi narasumber untuk Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Kewirausahaan Biologi
3.      Ir. Kuntoro Budiyanto dan Ir. Amin Retnoningsih, M.Si sebagai dosen mata kuliah Kewirausahaan yang telah memberikan ilmunya kepada kami
4.      Teman-teman Rombel 1 Pendidikan Biologi angkatan 2010 yang telah memberikan support dan motivasi untuk menyelesaikan laporan Kewirausahaan ini




Untuk download softfile secara lengkap silahkan klik di sini
Karena, yang saya post diatas tidak lengkap, hanya beberapa poin penting saja :D

tararengkyu :)