Minggu, 12 Mei 2013

Ekologi Laporan :: Komposisi Herba di CA Ulo Lanang, Subah, Batang



Kelompok 5 Ekologi Rombel 01 Pend.Bio 2010

Kuliah Lapangan di Ulo Lanang

Anggota Kelompok

Rincian kegiatan yg dilakukan (foto-foto) hahaha
 




KOMPOSISI DAN STRUKTUR KOMUNITAS TUMBUHAN STRATA HERBA DI KAWASAN CAGAR ALAM ULOLANANG, SUBAH

A.    Latar Belakang
Kurangnya data konservasi di suatu kawasan dapat mengakibatkan kerugian yang cukup besar baik dari segi ekonomi maupun dari segi keseimbangan ekologi khususnya di sebuah cagar alam. Suatu perencanaan yang baikdalam usaha pelestarian sebuah kawasan perlindungan keanekaragaman hayatisangat diperlukan demi tercapainya keseimbangan ekologis melalui konservasi dan pengelolaan yang sesuai tepat.
Hal ini kami lakukan sebagaimana kami ingin mengetahui faktor lingkungan di kawasan Cagar Alam Ulolanang dapat memberikan dampak pengaruh terhadap macam tumbuhan yang hidup di daerah tersebut. Lingkungan merupakan faktor penting dimana dalam ekologi dapat menjadi penentu tumbuhan apa saja yang dapat hidup dengan kriteria lingkungan seperti itu. Sebab tumbuhan hanya dapat hidup jika syarat medium (lingkungan) tempat hidupnya sesuai dengan syarat hidup tumbuhan.
Cagar Alam Ulolanang Kecubung perlu dilestarikan dari adanyagangguan-gangguan ekologis, maka dalam rangka usaha pelestarian tersebut perlu adanya data dasar tentang komponen penyusun ekosistemnya.Pembuatan proposal ini didasarkan pada kurangnya data ekologis pada Cagar Alam Ulolanang, Subah. Data dasar ini berisi informasi mengenai kondisi hutan meliputi komposisi dan struktur komunitas penyusun hutan.
Tumbuhan herbadipilih sebagai obyek yang diamati dengan pertimbangan bahwa golongan tumbuhan herba di kawasan Cagar Alam Ulolanang Kecubung cukup melimpah serta tersebut banyak ditemukan tumbuhan lantai hutan sehingga mudah untuk diamati dibandingkan dengan jenis tumbuhan yang lain seperti pohon, maupun semak kemudian juga keakuratan data lebih terjamin dibandingkan kelompok tumbuhan tersebut di atas. Tumbuhan lantai ini juga dimungkinkan memiliki peran yang cukup besar dalam mempengaruhi proses-proses ekologis pada ekosistemnya.
.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana komposisi komunitas tumbuhan strata herba di kawasan Cagar Alam Ulolanang?
2.      Bagaimana nilai penting spesies penyusun komunitas tumbuhan herba yang hidup di kawasan Cagar Alam Ulolanang?
3.      Bagaimana indeks diversitas spesies penyusun komunitas tumbuhan herba di kawasan Cagar Alam Ulolanang?

C.    Tujuan
1.      Menentukan komposisi dan struktur komunitas tumbuhan strata herba di kawasan Cagar Alam Ulolanang, Subah.
2.      Menentukan nilai penting spesies penyusun komunitas tumbuhan strata herba di kawasan Cagar Alam Ulolanang, Subah.
3.      Menentukan indeks diversitas spesies penyusun komunitas tumbuhan strata herba di kawasan Cagar Alam Ulolanang, Subah.

D.    Manfaat
1.      Dapat mengetahui jenis tumbuhan strata herba yang bermanfaat di cagar alam Ulolanang, Subah.
2.      Memberikan data yang berguna sebagai referensi komposisi dan struktur komunitas tumbuhan strata herba kawasan cagar alam Ulolanang, Subah.



A.    Landasan Teori
Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink), habitathewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosferbumi yang paling penting. Hutan merupakan suatu kumpulan tumbuhan dan juga tanaman, terutama pepohonan atau tumbuhan berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup luas. Suatu kumpulan pepohonan dianggap hutan jika mampu menciptakan iklim dan kondisi lingkungan yang khas setempat, yang berbeda daripada daerah di luarnya.
Cagar Alam Ulolanang Kecubung diresmikan menjadi cagar alamberdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan yang tertuang dalam SuratKeputusan No.SK. 106/Menhut-II/2004 tanggal 14 April 2004. Menurutwilayah administrasi pemerintahan terletak di Desa Gondang, KecamatanSubah, Kabupatan Batang. Cagar Alam Ulolanang Kecubung memiliki luas69,70 hektar dan topografi lereng bergelombang, terletak pada ketinggian ±165 m di atas permukaan laut dengan jenis tanah latosol dari bahan indukbatu bekuan basis dan intermedier dengan sifat tanah agak asam sampaiasam, warna kuning coklat atau merah dan peka terhadap erosi. Cagar alamUlolanang Kecubung menurut klasifikasi Schmidt dan Fergusson empunyaitipe iklim B, curah hujan rata-rata 277,7 mm/tahun, kelembaban rata-rata84%, dengan suhu 24,40C-290C (Balai KSDA 2010).Tipe ekosistem yang ada di Cagar Alam Ulolanang Kecubungadalah hutan lembab dataran rendah.
Nilai Penting (INP) adalah cara yang digunakan untuk menetapkan dominasi suatu jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting menggambarkan kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas. Indeks Nilai Penting dihitung berdasarkan penjumlahan nilai Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR) dan Dominansi Relatif (DR).

Index Diversitas memiliki makna tingkat kematangan dan stabilitas komunitas tersebut. Gabungan dari kekayaan jenis & kelimpahan. Bisa diartikan dari banyaknya jumlah yang menyusun dan siapa saja yang menyusunnya.
Transek adalah suatu metode untuk menentukan panjang daerah dengan cara penandaan menggunakan garis sepanjang daerah yang akan diambil sampelnya. Garis tersebut menjadi batasan yang jelas dan merupakan range wilayah yang akan diambil sampelnya.
Keanekaragaman jenis adalah parameter yang sangat berguna untuk membandingkan dua komunitas, terutama untuk mempelajari pengaruh gangguan biotik, untuk mengetahui tingkatan suksesi atau kestabilan suatu komunitas. Keanekaragaman jenis ditentukan dengan menggunakan rumus Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener

B.     Alat dan Bahan
Alat          :Alat tulis                                                                   
Tali rafia    
Pasak         
Meteran                 
Kertas tabel pengamatan
Plastik
Spidol marker atau kertas nama spesies
Kamera
Buku referensi

Bahan : tumbuhan strata herba di kawasan hutan Ulolanang, Subah


A.    Cara Kerja
1.      Melakukan survei dan menyiapkan tindakan penyesuaian lapangan.
Menentukan INP
2.      Membuat plot pada area tersebut, berukuran 1 m2 dengan menggunakan tali rafia. (membentuk tali rafia menjadi persegi 100 x 100 cm, kemudian di setiap titik sudut diikatkan pasak sehingga mempermudah dalam pembuatan plot).
3.      Memilih perlakuan  adanya perbedaan daerah terdedah dan ternaung.
4.      Membagi wilayah ploting menjadi 2 kawasan, daerah terdedah dan ternaung yang mana memiliki tumbuhan herba yang heterogen, masing-masing  pada daerah  terdedah sebanyak  35 plot dan 35 plot pada daerah ternaung.
5.      ngambil sampel tumbuhan herba dengan metode quadrat secara acak.
6.      Menentukan jarak antar plot pada daerah pengeplotan serta mengukur suhu.
Transek line
7.      Mengamati individu yang hadir di plot, kemudian mencatat nama spesies, jumlah individu dan % coverage.
8.      Mencatat data pada tabel pengamatan.
9.      Melakukan ploting dengan mengikuti langkah nomer 7 sampai spesies yang hadir relative sama.
10.      Jika belum diketahui nama spesiesnya, maka mengambil sampel kemudian dimasukkan ke dalam plastikserta memberi penamaan sementara yang konsisten ketika spesies tersebut ditemui lagi di plot lain.

Menentukan ID
1)      Menentukan ID dengan pengolahan data setelah mendapatkan hasil INP tumbuhan herba dari langkah  kerja menentukan INP.
2)      Menentukan ID pada daerah terdedah  dan  ternaung. 
 

  

I.    Pembahasan
Observasi yang kami lakukan kali ini mengangkat pembahasan tentang komposisi dan struktur komunitas tumbuhan strata herba di kawasan Cagar Alam Ulolanang, Subah. Tujuan obsrvasi yang kami lakukan adalah untuk menentukan nilai penting, indeks diversitas serta komposisi dan struktur komunitas tumbuhan penyusun komunitas tumbuhan strata herba di kawasan Cagar Alam Ulolanang, Subah.
Dalam melakukan prosedur kerja yang kami terapkan, pertama kami melakukan observasi tempat terlebih dahulu dengan jalan menyusuri tempat-tempat yang banyak ditumbuhi tumbuhan herba, guna memaksimalkan data spesies serta menentukan persebaran tumbuhan itu sendiri. Kami membagi wilayah tersebut menjadi dua daerah segmentasi, yaitu daerah ternaung dan terdedah. Kami melakukannya berdasarkan atas adnya perbedaan komposisi dalam pengamatan secara langsung setelah melakukan observasi penyusuran daerah. Terdapat juga perbedaan ketinggian, namun ketinggian yang tercantum pada antimeter yang kami gunakan tidak terlalu signifikan, serta pada ketinggian-ketinggian tertentu kami tidak menjumpai adanya perbedaan struktur komposisi tumbuhan herba yang menjadi penyusun komunitas tersebut.
Setelah kami menentukan daerah mana saja yang akan kita segmentasi dan menentukan ploting, kami melakukan prosedur seswuai dengan langkah kerja yang telah kami buat. Kami membuat daerah range dengan transek dan melakukan ploting pada masing-masing daerah segmentasi sebanyak 35 plot. Sehingga total ploting yang kami lakukan adalah 70 kali. Berikut adalah pembahasan mengenai nilai penting dan indek diversitas  setelah pengolahan data.





A.      Nilai Penting
Dari hasil perhitungan, diperoleh bahwa spesies Isachne globosa memiliki nilai penting tertinggi sebesar 42,62 kemudian diikuti oleh spesies Cyperus sp 19,98. Nilai penting tertinggi dijadikan sebagai nama komunitas herba. Sehingga Isachne globosa menjadi nama komunitas herba di Cagar Alam Ulolanang, Subah. Berikut klasifikasi dari Isachne globosa:
Kingdom              : Plantae
Class                     : Commelinids
Ordo                     : Poales
Familia                 : Poaceae
Subfamilia            : Panicoideae
Tribus                   : Isachneae
Genus                   : Isachne
Spesies                 : Isachne globosa
Isachne globosa merupakan rumput-rumputan yang mudah tumbuh di berbagai kondisi lingkungan. Spesies ini menyebar di banyak titik di Cagar Alam Ulolanang, Subah. Tidak seperti Cyperus killingia, Cyperus sp atau rumput jarang yang hanya menggerombol di beberapa titik saja. Isachne globosa ini dapat ditemui baik di daerah terdedah dan ternaung.

Dominansi dan frekuensi relatif dari hasil pengamatan pada spesies Isachne globosa paling tinggi dibanding dengan yang lainnya. Sehingga akumulasi dari kedua parameter tersebut juga menghasilkan nilai penting yang besar. Data ini menunjukkan bahwa Isachne globosa ini mempunyai penguasaan yang besar terhadap daerah vegetasi tersebut dan mempunyai kontrol yang cukup besar terhadap komunitas tumbuhan yang ada di wilayah pengamatan tersebut. Jika keberadaan tumbuhan ini terganggu, maka dapat dimungkinkan vegetasi tersebut akan terganggu pula, karena kemampuan kontrol tumbuhan ini yang besar dan mendominasi area tersebut.
Kelimpahan spesies ini yang ditandai dengan dijumpai pada 34 plot dari total 70 plot dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang cocok bagi pertumbuhan spesies jenis ini. Apabila dikaitkan dengan faktor abiotik diatas, maka dapat diartikan bahwa fakto-faktor abiotik tersebut sangat mendukung pertumbuhan dari tumbuhan ini. Selain itu bentuk morfologi tumbuhan ini juga merupakan faktor yang menyebabkan Isachne globosa dapat tumbuh dengan tingkat reproduksi dan beradaptasi dengan baik di Cagar Alam Ulolanang ini.
B.     Indeks Diversitas
Dalam kegiatan praktikum yang telah dilaksanakan di Cagar Alam Ulolanang pada tanggal 03 November 2012, guna menentukan nilai Indeks diversitas herba di area terdedah yaitu area terkena cahaya matahari langsung dengan area ternaung, yang merupakan area dengan cahaya matahari terbatas atau tidak langsung karena cahaya matahari yang di dapat herba sebagian terhalang oleh vegetasi pohon didapatkan hasil sebagaimana dalam hasil analisis data di atas. Pengamatan herba pada area terdedah dilakukan di sekitar aliran sungai dan sebagian besar di daerah stasiun 3 dimana disini ditemukan banyak herba yang tidak tertutup oleh pohon/semak. Sedangkan untuk pengamatan herba area ternaung dipilih herba yang terdapat di dalam kawasan hutan yang terlindung oleh vegetasi pohon.
Dari data yang didapat setelah kegiatan di lapangan, kemudian dilakukan perhitungan nilai indeks diversitas pada kedua area tersebut mengacu pada nilai penting tiap spesies pada 70 plot dimana 35 plot untuk area terdedah dan 35 plot lagi pada area ternaung. Perhitungan nilai indeks diversitas dengan nilai penting ini menggunakan rumus Shanon wiener yang pada hasilnya menunjukkan perbedaan yang signifikan antara indeks diversitas herba area terdedah dan ternaung di Cagar Alam Ulolanang, Subah. Untuk nilai indeks diversitas pada area terdedah adalah 2,78 sedang pada ternaung 2,39. Perbedaan nilai indeks diversitas ini mungkin terjadi karena faktor abiotik yang berbeda di antara kedua area tersebut.
Salah satu faktor abiotik yang terlihat jelas selisihnya pada kedua area tersebut yang mungkin  sangat berpengaruh terhadap nilai indeks diversitas pada kedua area,  terdedah dan ternaung adalah cahaya matahari. Perbedaan nilai intensitas cahaya matahari pada kedua area terdedah dan ternaung inilah yang mungkin menyebabkan terjadinya perbedaan nilai indeks diversitas di kedua area tersebut. Hal ini dikarenakan cahaya matahari merupakan limiting factor bagi  tumbuhan selain air. Meskipun jika dilihat dari harga faktor abiotik lainnya pada kedua area tidak terlalu berbeda jauh, namun berdasarkan hasil perhitungan nilai indeks diversitas, faktor intensitas cahaya matahari sudah cukup mempengaruhi perbedaan komposisi spesies herba dan kelimpahannya pada masing-masing area yang diamati. Faktor-faktor tersebut memacu tumbuhnya komunitas strata herba di daerah terdedah tumbuh lebih baik dan beragam bila dibandingkan dengan daerah ternaung.

B.     Kesimpulan
1.      Tumbuhan dengan nilai penting tertinggi di Cagar Alam Ulolanang, Subah adalah Isachne globosa dengan nilai penting 42,62.
2.      Nama komposisi dan struktur komunitas tumbuhan strata herba di kawasan Cagar Alam Ulolanang, Subah disebut  sebagai “Komunitas Isachne globosa”.
3.      Nilai indeks diversitas penyusun komunitas tumbuhan strata herba di kawasan Cagar Alam Ulolanang, Subah pada area terdedah adalah 2,78 sedang pada area ternaung adalah 2,39.


 
C.    Daftar Pustaka
Anonim. 2012. Teknik Analisis Vegetasi. Diunduh di http://www.irwantoshut.net/analisis_vegetasi_Teknik_Analisis_tanpa_petak.html
______. 2012. Teknik Analisis Vegetasi Teknik Titik Kwadran. Diunduh di http://www.irwantoshut.net/analisis_vegetasi_Teknik_titik_kwadran.html
Fachrul, Melati Ferianita. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara.
Ngabekti, Sri. 2006. Buku Ajar Ekologi. Semarang: Universitas Negeri Semarang
Soerianegara, I  dan Indrawan, A. 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor,  Bogor.
Surasana, E. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: FMIPA Institut Teknologi Bandung.
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: ITB.





Untuk download softfile klik di sini
Included :: 4 Tahap revisi proposal penelitian - 2 Tahap revisi laporan - Data Pengamatan - Analisisnya

Selamat mendownload :)

 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar