“Tumbuhan
Indonesia sebagai Sumber Nulin”
Partomuan Srmanjuntak, Judbi Rachmat, Nita Rosaljnda
Maret,
2004
Nama inulin pertama sekali digunakan oleh Thornson
pa& tahun 1811 yang diturunkan dari nama genus "inula"
(Alant) dari keluarga bunga matahari (Compositae). Inulin yang merupakan
senyawa polifruktan mempunyai rantai ikatan linier β &2,l-polifruktan
dengan satu unit terminal glukosa pada rantai ujung (CamitidMg 1991; Dische
& Borentreund, 1981). Senyawa kimia inulin yang terdapat dalam tumbuhan disimpan
sebagai cadangan karbohidrat, terutama pada tumbuhan keluarga Compositae dan
Graminae. Sampai saat ini hanya beberapa tumbuhan saja yang telah dilaporkan
yang mempunyai kandungan inulin yang tinggi seperti tumbuhan Jerusalem
Artichoke (Helianthus tuberism L.), Chichori (Chicharium
in$&$, Dahlia (Dohliapinnnta) dan lain-lain. Untuk
itu Peneliti mencoba mencari sumber inulin dari beberapa tumbuhan Indonesia
asal Wonosobo (Jawa Tmgah), telah dilakukan penelitian isolasi dan kuantifikasi
kadar inulin dalam tumbuhan tersebut. Adapun jenis (spesies) tumbuhan yang
diteliti umumnya termasuk keluarga Compositae,
Poaceae, dan Amaryllidaceae.
Penelitian dilakukan guna mencari sumber inulin dari
berbagai jenis tumbuhan di Indonesia asal Wonosobo (Jawa Tengah) khususnya
tumbuhan dari keluarga Amaryllidaceae,
Asteraceae, Iridaceae, dan Poaceae. Inulin merupakan senyawa kimia
polifruktosa yang banyak digunakan dalam industri pangan untuk menggantikan
sirup sukrosa. Karena fruktosa yang terdapat dalam inulin memiliki tingkat
kemanisan yang lebih tinggi dibanding sukrosa, glukosa dan gula lainnya.
Sehingga akan lebih hemat. Dengan tingginya kadar frutosa pada inulin maka
perlu diadakan penelitian yang sangat urgen terutama di Wonosobo (Jawa Tengah)
Indonesia.
Bahan simplisia yang digunakan antara lain beberapa
jenis tumbuhan dari Wonosobo (Jawa Tengah) dari keluarga Compositae, Poaceae, dan Amaryllidaceae.
Identifikasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Bogoriense, LIPI Bogor. Bahan
kimianya adalah Ca(OH)2, H3PO4, H2SO4,
70% sistein 1,5%, dan karbozole 0,12%. Peralatan yang digunakan autoclaf (untuk
sterilisasi), inkubator goyang (untuk pengadukan), dan spektofotometer (untuk
pengukuran absorbansi simplisia). Metode penelitian meliputi 2 tahap yaitu
ekstraksi dan analisis. Tahap ekstraksi meliputi Simplisia yang merupakan
bagian akar/umbi dicuci lalu dipotong kecil-kecil. Kemudian dimasukkan
dalam autoclaf dengan suhu 1200C
selama 20 menit. Hasilnya disaring dengan kassa/kertas saring. Kemudian filtrat
ditambahkan Ca(OH)2 hingga pH 11 dan disaring pada suhu 800C.
Filtrat yang diperoleh dinetralkan dengan penambahan H3PO4
hingga pH 6,5 dan disaring, kemudian dipekatkan hingga ± 100ml. Sedangkan pada
tahap analisis yaitu filtrat yang telah dipekatkan 200ml ditambah 1 ml enzim
inulase. Lalu diinkubasi dan digoyang-goyang selama 48 jam, 72 jam pada suhu 600C
dengan kecepatan 80 rpm. Hidrolisat yang diperolehdiambil 1 ml dan ditambahkan
0,2 ml sistein 1,5% lalu dipanaskan pada suhu 600C selama 20 menit
lalu didinginkan. Setelah dingin dilakukan pengukuran absorbansi sampel dengan
spektrometer. Lalu dianalisis kadar inulinnya sesuai 3 jenis variasi yang
ditetapkan.
Pada tahap ekstraksi, terjadi pemisahan dan
pemurnian inulin dengan menghilangkan bahan-bahan tersuspensi akibat proses
liming (proses fosfatasi dan karbonasi). Sedang tahap 2 berfungsi untuk
hidrolisis inulin menjadi gula bentuk fruktosa dan glukosa. Proses penetralan
inulin dengan fosfatasi dan karbonasi menghasilkan endapan dalam jumlah berbeda
dan hasil yang memberikan jumlah inulin lebih banyak adalah cara fosfatasi.
Pemberian Ca(OH)2 merupakan cara terbaik untuk pemurnian endapan
inulin, hasil percobaan menunjukkan bahwa inulin tidak kehilangan fruktosanya.
Penetapan kadar inulin didasarkan pada 3 variasi yaitu tanpa penambahan enzim,
penambahan enzim dengan lama inkubasi 48 jam, dan penambahan enzim 72 jam. Variasi ke-3 lah yang memberikan kadar inulin
lebih banyak dibanding yang lain. Penetapan kadar inulin dilakukan dengan cara
penghitungannya :
BM
fruktosa – BM H2O = 162 = 0,9
BM
Fruktosa 180
Kadar Fruktosa = PPM x 20 / berat contoh x 1000
Kadar Inulin = Kadar Fruktosa x 0,9
Dari hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa tumbuhan yang mempunyai kandungan inulin
yang tinggi adalah Brambang Utan (Pancratium
zeylanicum) 3,65 mg/g ; Tutup Bumi (Elephantopus
spicatus) 3,15 mg/g ; Tebu Ireng (Saccharum
officinarum) 1,89 mg/g ; Bakung/Bawang Brojol (Crinum asiaticum) 1,32 mg/g ; Alang-alang (Imperata cylindrica) dan Jukut kakawatan (Cynodon dactylon) 1,27 mg/g ; Suket Menuran (Briza minor) 1,16 mg/g ; Suket Jajahean (Panicum repen) 1,11 mg/g ; Suket Pancaran (Erograstis umioloides) 1,03 mg/g.
Download softfile klik di sini
Included : Resume Paper - Jurnal Paper
Thenkyu for coming :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar