RESUME FISIOLOGI STRES
STRES
Definisi
Stres
adalah suatu keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan
fisik (badan), atau lingkungan, dan situasi sosial, yang berpotensi merusak dan
tidak terkontrol (AAT Sriati, 2007). Definisi ini didapat melalui tinjauan
terhadap definisi stres menurut beberapa ahli seperti Julie K (2005), WHO
(2003), Morgan & King (1986).
Kajian
Konsep milieu
interieur (lingkungan internal tubuh), diajukan oleh Fisiologis Perancis,
Claude Bernard. Dalam keseimbangan dinamis, kekonstanan, kondisi mapan
(situasi) di lingkungan badan internal, sangat penting untuk bertahan hidup.
Oleh karena itu, perubahan dalam lingkungan eksternal atau kekuatan eksternal
yang mengubah keseimbangan internal harus bereaksi dan mengkompensasi supaya
organisme dapat bertahan hidup.
Walter Cannon menciptakan istilah homeostasis untuk
lebih menentukan keseimbangan dinamis yang telah dijelaskan Bernard. Melalui
eksperimen, dia menunjukkan respons "fight or flight" yang
timbul pada manusia dan binatang ketika terancam dengan adanya pelepasan
neurotransmitter, misalnya, denyut jantung yang cepat, peningkatan kewaspadaan,
dan lain-lain. (Nasution I. K., 2007)
Hans Selye, beliau mengatakan bahwa selain daripada
respons tubuh, semasa stres kelenjar pituitary juga memainkan peranan. Selain
itu, Selye sebenarnya memperkenalkan istilah tegangan dari fisika dan rekayasa
dan didefinisikan sebagai "respons bersama yang terjadi di setiap bagian
tubuh, fisik atau psikologis." (Nasution I. K., 2007).
Jenis-jenis Stres
Quick dan Quick (1984) dan Hans Selye dalam Girdano
(2005) mengatakan bahwa terdapat dua jenis stres, yaitu eustres dan distres.
Eustres, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat,
positif, dan konstruktif (bersifat membangun). Contohnya adalah organisasi yang
diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan
tingkat performance yang tinggi.
Sedangkan, distres, yaitu hasil dari respon
terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif, dan destruktif (bersifat
merusak). Distres adalah semua bentuk stres yang melebihi
kemampuan untuk mengatasinya, membebani tubuh, dan menyebabkan masalah fisik
atau psikologis sehingga performa tidak maksimal.
Sumber Stres
Penyebab stres dikenali sebagai stresor. Diantaranya
adalah, fisik, psikologis, dan sosial. Stresor fisik berasal dari luar
diri individu, seperti suara, polusi, radiasi, suhu udara, makanan, zat kimia,
trauma, dan latihan fisik yang terpaksa.
Pada stresor psikologis tekanan dari dalam
diri individu biasanya yang bersifat negatif seperti frustasi, kecemasan
(anxiety), rasa bersalah, kuatir berlebihan, marah, dll.
Sedangkan stresor
sosial yaitu tekanan dari luar disebabkan oleh interaksi individu dengan
lingkungannya. Seperti kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan,
pension, perceraian, masalah keuangan, pindah rumah dan lain-lain. (Nasution I.
K., 2007).
Mekanisme Stres
Empat variabel psikologik yang mempengaruhi
mekanisme respons stres :
1)
Kontrol : kontrol yang
dimiliki seseorang terhadap stresor.
2)
Prediktabilitas : stresor yang
dapat diprediksi/tidak.
3)
Persepsi : pandangan
individu tentang dunia dan persepsi stresor.
4)
Respons koping : ketersediaan dan
efektivitas mekanisme mengikat ansietas.
Mekanismenya adalah
Gejala
Stres
Gejala-gejala
psikologis stres : kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung,
perasaan frustrasi, rasa marah, dan dendam (kebencian), sensitif dan hyperreactivity,
memendam perasaan, dll.
Gejala-gejala
fisiologis yang utama dari stres adalah : meningkatnya denyut jantung, tekanan
darah, dan kecenderungan mengalami penyakit kardiovaskular, meningkatnya
sekresi dari hormon stres (contoh: adrenalin dan noradrenalin).
Gejala-gejala
perilaku dari stres adalah: menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari
pekerjaan, menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas,
meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan , dsb.
Pengalaman
stres sangat individual. Stres yang luar biasa untuk satu orang tidak
semestinya dianggap sebagai stres oleh yang lain. Demikian pula, gejala dan
tanda-tanda stres akan berbeda pada setiap individu (AAT Sriati, 2007).
Penentuan
Tahap Stres
Tingkat
stres adalah hasil penilaian terhadap berat ringannya stres yang dialami
seseorang. Skala untuk mengukur tingkat stres diantaranya adalah menggunakan Depression
Anxiety Stres Scale 42 (DASS 42) atau lebih diringkaskan sebagai Depression
Anxiety Stres Scale 21 (DASS 21) oleh Lovibond & Lovibond (1995).
Tingkatan
stres pada instrumen ini berupa normal, ringan, sedang, berat, sangat berat. Psychometric
Properties of The Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS) terdiri dari 42
item, mencakup 3 subvariabel, yaitu fisik, emosi/psikologis, dan perilaku.
Jumlah skor dari pernyataan item tersebut, memiliki makna 0-29 (normal); 30-59
(ringan); 60-89 (sedang); 90-119 (berat); >120 (Sangat berat) (Lovibond
& Lovibond, 1995).
Stres
pada Mahasiswa
Faktor
yang menyebabkan mahasiswa mengalami stres misalnya lingkungan, akademik,
persaingan kerja, hubungan interpersonal dan cara pemikiran pelajar. Stres akan
dialami dalam berbagai keadaan seperti rasa kesunyian, kurang tidur, keresahan,
kebimbangan yang tinggi. (Wright, 1967).
Stres
yang bersifat konstan dan terus menerus mempengaruhi kerja kelenjar adrenal dan
tiroid dalam memproduksi hormon. Adrenalin, tiroksin, dan kortisol sebagai
hormon utama stres akan naik jumlahnya dan berpengaruh secara signifikan pada
sistem homeostasis. Namun, pemaparan stres yang ringan atau sementara tidak
menyebabkan penyakit sistemik. Ia hanya menyebabkan peningkatan tekanan darah
sebagai proses homeostasis. Stres ini memicu respons fight or flight pada
tubuh. Ini akan menyebabkan sistem simpatik bekerja. Aktivasi sistem simpatik
akan menyebabkan vasokonstriksi supaya darah dipompa lebih banyak dalam masa
sesaat, di mana stroke volumenya meningkat langsung meningkatkan tekanan darah
(Qureshi.F, 2002).
TEKANAN
DARAH
Definisi
Menurut
D.G. Beevers (2002) tekanan darah adalah tekanan di dalam pembuluh darah ketika
jantung memompakan darah ke seluruh tubuh.
Mekanisme
Kerja Jantung
Dalam
melakukan kerjanya jantung mempunyai tiga periode yaitu:
1. Periode
Konstriksi (periode sistole)
Periode
konstriksi merupakan suatu keadaan dimana jantung bagian ventrikel dalam
keadaan menguncup. Sehingga darah keluar dari jantung.
2. Periode
dilatasi (periode diastole)
Periode
diastole merupakan suatu keadaan dimana jantung mengembang. Sehingga darah
masuk ke jantung.
3. Periode
istirahat
Peride
istirahat yaitu waktu antara periode konstriksi (sistole) dan dilatasi (diastole)
dimana jantung berhenti kira-kira 1/10 detik (Lawson.R, 2007).
Penentuan
Tekanan Darah
Untuk menentukan
besarnya tekanan darah menggunakan cara tidak langsung, yaitu dengan alat
sphygmomanometer atau tensimeter. Pengukuran tidak langsung dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu dengan cara perabaan (palpasi) dan dengan cara
pendengaran (auskultasi). Pengukuran tekanan darah dilakukan secara tidak
langsung dengan auskultasi, karena pemeriksaan ini lebih teliti dan mendekati
sesungguhnya. Selain menggunakan sphygmomanometer pemeriksaan ini juga
membutuhkan alat bantu pendengaran yaitu stetoskop (Qureshi.F, et al.,
2002).
Pengaturan
Tekanan Darah
Rumusnya :
Tekanan
darah = cardiac output x tahanan vaskular
Faktor yang mengubah
curah jantung atau tahanan perifer total (jika faktor lain tidak berubah) akan
menyebabkan perubahan tekanan arteri rata-rata. Tekanan arteri diatur oleh
beberapa sistem yang saling berhubungan dengan melakukan fungsi-fungsi khusus,
yang kesemuanya merupakan mekanisme umpan balik saraf yang mulai bereaksi dalam
beberapa detik. Mekanisme lain yang mempengaruhi tekanan arteri adalah
mekanisme hormonal dan mekanisme perpindahan cairan kapiler.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi Tekanan Darah
Faktor-faktor nya
adalah :
1. Umur
(Semakin tua maka akan semakin menurun kondisi kardiovaskulernya)
2. Jenis
Kelamin (Wanita memiliki tekanan lebih rendah daripada pria)
3. Kondisi
Kesehatan
4. Status
Gizi
5. Olahraga
(Semakin sering maka akan semakin baik)
6. Merokok
(Zat-zat kimia dalam rokok dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit dan sel
darah menjadi lengket)
7. Alkohol
(Dapat meningkatkan tekanan darah sehingga dapat hipertensi)
8. Kondisi
Psikis (Misalnya kondisi psikis seseorang yang mengalami stres akan timbul
perlawanan terhadap stres yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah,
denyut jantung, laju pernafasan dan ketegangan otot)
Hubungan
Stres Ujian dan Tekanan Darah
Situasi
stres ujian ini akan mengaktivasi hipotalamus yang selanjutnya mengendalikan
dua sistem neuroendokrin, yaitu sistem simpatik dan sistem korteks adrenal.
Sistem saraf simpatik berespons terhadap impuls saraf dari hipotalamus yaitu
dengan mengaktivasi berbagai organ dan otot polos yang berada di bawah
pengendaliannya, sebagai contohnya, ia meningkatkan kecepatan denyut jantung
dan mendilatasi pupil. Sistem saraf simpatik juga memberi sinyal ke medula
adrenal untuk melepaskan epinefrin dan norepinefrin ke aliran darah. Sistem
korteks adrenal diaktivasi jika hipotalamus mensekresikan CRF, suatu zat kimia
yang bekerja pada kelenjar hipofisis yang terletak tepat di bawah hipotalamus.
Kelenjar hipofisis selanjutnya mensekresikan hormon ACTH, yang dibawa melalui
aliran darah ke korteks adrenal. Dimana, ia menstimulasi pelepasan sekelompok
hormon, termasuk kortisol, yang meregulasi kadar gula darah. ACTH juga memberi
sinyal ke kelenjar Adrenalin, tiroksin, dan kortisol sebagai hormon utama stres
akan meningkat jumlahnya dan berpengaruh secara signifikan pada sistem
homeostasis. Adrenalin yang bekerja secara sinergis dengan sistem saraf
simpatik berpengaruh terhadap kenaikan denyut jantung, dan tekanan darah.
(Semarang, 09
April 2012)
Untuk download softfile klik di sini
Thenkyu ....
:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar