Member of this group :: KAMSEUPAY ~ nggih ndoro agagagagg
ringkasan kegiatan proyek |
menunggu giliran presentasi |
tikus-tikus percobaan |
pengerjaan laporan di kost sigit 28-05-2012 |
pembuatan laporan akhir |
Tuan rumah Si Sigit dengan sarungnya.. hahaha |
A.
JUDUL
PENGARUH
PEMBERIAN ALKOHOL SECARA KRONIS TERHADAP MEMORI PADA TIKUS (Rattus norvegicus)
B.
LATAR
BELAKANG
Alkoholisme
merupakan masalah ekonomi, sosial dan kesehatan masyarakat di sebagian besar
dunia. Di Amerika Serikat sendiri kemgian karena menurunnya produktivitas dan
kesehatan dalam 1 tahun dikaitkan dengan alkoholisme diperkirakan menelan biaya
117 milyar dolar. Gangguan neurologis yang berhubungan dengan alkohol terdapat
dalam jumlah besar, menyebar, dan menghancurkan dengan adanya komplikasi medis
pada alkoholisme.
Sistem
saraf pusat
secara mencolok dipengaruhi oleh alkohol dibandingkan dengan sistem lain dalam
tubuh. Meskipun alkohol diyakini sebagai stimulan, tetapi sifat stimulan ini
hanya sedikit. Seperti pada obat anastesi dan hipnotik yang lain, alkohol
bersifat menekan (depressant) sistem saraf pusat dengan efek
menurunkan ketajaman mental serta memperburuk koordinasi motorik seperti pada gambaran
orang yang mabuk setelah minum alkohol.
Maze sering
digunakan untuk mempelajari fungsi hippocampus. Maze adalah salah satu teknik untuk mempelajari kemampuan belajar pada hewan
uji. Efek kronis
pemberian alkohol terhadap kinerja maze
pada tikus dilihat dari perhitungan kecepatan
tikus untuk menemukan jalan keluar.
Hippocampus
telah terbukti bersifat peka terhadap bennacam-macam bahan toksik. Contohnya, hippocampus
mengalami kerusakan oleh karena toksikan dari lingkungan seperti logam berat,
obat-obatan yang disalahgunakan seperti alkohol, benzodiazepam, amfetamin,
kokain, morfin, dan lainlain. Perlakuan alkohol kronik akan menginduksi berkurangnya
memori, sesuai dengan yang terlihat pada perubahan anatomis dan biokimiawi pada
otak depan bagian basal dan hippocampus.
Hippocampus
memainkan peranan yang krusial dalam pembentukan peta spasial melalui aktivasi sel-sel
place dalam menanggapi lokasi lingkungannya. O'Keefe & Nadel
menyatakan bahwa sel-sel place hippocampus melengkapi landasan
neuronal untuk pembentukan peta spasial. Oleh karena itu gangguan pada
hippocampus akan mengganggu pemakaian peta spasial, misalnya kemampuan untuk
membuat jalan pintas. Hippocampus juga terlibat dalam akuisisi dan retensi
informasi spasial. Beberapa sel pyramidal di area CA I dan CA 3 pada hipocampus tikus
yang sebelumnya bangkit pada saat menempati lokasi spasial tertentu pada
lingkungannya atau pada saat tikus bergerak dengan arah tertentu, juga gangguan
hippocampus tikus secara bilateral menyebabkan kerusakan yang berat dalam
akuisisi dan retensi memori pada bermacam-macam tugas spasia1.
Permasalahan
yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pengaruh pemberian alkohol secara
kronis terhadap memori tikus (Rattus norvegicus).
C.
RUMUSAN
MASALAH
Dari latar belakang yang telah
dipaparkan di atas dapat dirumuskan beberapa m asalah sebagai berikut :
1.
Apakah pemberian alkohol
berpengaruh terhadap memori pada tikus?
2.
Bagaimana pengaruh pemberian alkohol
terhadap memori pada tikus?
D.
TUJUAN
PENELITIAN
Tujuan
yang hendak dicapai dari penelitian adalah :
1.
Untuk mengetahui apakah pemberian alkohol berpengaruh terhadap
memori pada tikus.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemberian alkohol terhadap memori
pada tikus.
A.
MANFAAT
PENELITIAN
1.
Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan
dapat memberikan sumbangan referensi dan masukan terhadap disiplin ilmu
dibidang Biologi khususnya Fisiologi Hewan. Selain itu juga diharapkan dapat
bermanfaat sebagai masukan bagi peneliti lain yang akan meneliti dengan tema
yang sama.
2.
Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi konsumen alkohol,
bahwa alkohol tidak baik jika dikonsumsi secara berlebihan dapat memberi dampak
buruk bagi memori otak.
A.
LANDASAN
TEORI
Daya Ingat
Kemampuan untuk belajar (dalam arti luas) sangat dipengaruhi oleh
daya ingat yang miliki. Tanpa daya ingat kita tidak dapat berkomunikasi. Tanpa
daya ingat kita tidak dapat mengenal diri kita atau orang lain dengan baik.
Secara
etimologi daya ingat berasal dari kata daya yaitu kemampuan melakukan sesuatu
dan ingat yaitu berada dalam pikiran, tidak lupa, timbul kembali dipikiran.
Jadi daya ingat adalah kemampuan mengingat kembali dipikiran pengalaman yang telah lampau. Menurut R.
Teti Rostikawati, ingatan merupakan suatu proses biologi, yaitu pemberian
kode-kode terhadap informasi dan pemanggilan informasi kembali ketika informasi
tersebut dibutuhkan. Sedangkan menurut Donald H. Weiss. Ingatan merupakan
gudang informasi atau citra, atau proses pembangkitan atau penghidupan kembali
pengalaman. Memori tidak dapat dilihat dan disentuh. Jadi dapat disimpulkan bahwa ingatan
merupakan suatu proses biologi, yakni informasi diberi kode dan dipanggil
kembali.
Jejak Memori (Memori Trace)
Sistem
yang terlibat dalam fungsi belajar dan memori adalah sistem limbik, cerebelum
dan korteks. Memori merupakan penyimpanan dari pengetahuan yang telah
didapatkan untuk bisa dipanggil kembali (recall). Perubahan pada
neuron yang berkaitan dengan retensi atau penyimpanan pengetahuan disebut jejak
memori atau memory trace.
Penyimpanan
informasi yang didapat dilakukan melalui dua tahap, yaitu memori jangka pendek
dan panjang. Proses transfer dan penguatan memori jangka pendek menjadi memori
jangka panjang disebut sebagai konsolidasi memori.
Secara
umum, tidak ada pusat memori tunggal pada otak. Neuron yang terlibat
dalam jejak memori tersebar pada regio kortikal dan subkortikal otak. Daerah
yang paling utama adalah hippokampus dan struktur asosiasi lobus temporal
medial, sistem limbik, cerebellum, korteks prefrontal, dan area lain pada
korteks serebri.
Hipocampus
Hipokampus
merupakan bagian dari sistem limbik yang berperan penting dalam memori jangka
pendek yang melibatkan berbagai stimulus yang berkaitan. LTP terjadi pada area
ini. Hipokampus juga berperan dalam konsolidasi menjadi memori jangka panjang.
Hipokampus dipercaya sebagai tempat penyimpanan memori jangka panjang sementara
sebelum akhirnya dikirimkan ke bagian korteks lain untuk penyimpanan memori
secara permanen.
Cerebellum
Cerebellum
berkaitan erat dengan memori mengenai prosedur yang melibatkan kemampuan
motorik yang didapatkan melalui latihan berulang (misalnya berlatih tari secara
rutin). Berbeda dengan declarative memori, memori prosedural ini dapat dibawa
atau dikeluarkan tanpa usaha atau sadar.
Korteks
prefrontal
Korteks
ini berkaitan erat dengan penyusunan kemampuan reasoning complex yang
berkaitan dengan memori yang sedang bekerja. Korteks prefrontal berperan
sebagai tempat penyimpanan sementara untuk menahan data yang relevan serta
bertanggungjawab terhadap fungsi eksekusi yang melibatkan manipulasi dan
integrasi informasi seperti perencanaan, penentuan prioritas, problem solving,
dan aktivitas organisasi. Fungsi complex reasoning ini juga melibatkan kerja
sama dengan semua regio sensoris otak yang terhubung dengan korteks prefrontal
melalui koneksi saraf.
Impuls Saraf
Sel-sel di dalam tubuh dapat memiliki potensial
membran akibat adanya distribusi tidak merata dan perbedaan permeabilitas dari
Na+, K+, dan anion besar intrasel. Potensial istirahat
merupakan potensial membran konstan ketika sel yang dapat tereksitasi tidak
memperlihatkan potensial cepat. Sel saraf dan otot merupakan jaringan yang
dapat tereksitasi karena dapat mengubah permeabilitas membran sehingga
mengalami perubahan potensial membran sementara jika tereksitasi. Ada dua macam
perubahan potensial membran:
1.
Potensial berjenjang yakni
sinyal jarak dekat yang cepat menghilang. Potensial berjenjang bersifat lokal
yang terjadi dalam berbagai derajat. Potensial ini dipengaruhi oleh semakin
kuatnya kejadian pencetus dan semakin besarnya potensial berjenjang yang
terjadi. Kejadian pencetus dapat berupa:
1.
Stimulus
2.
Interaksi ligan-reseptor permukaan
sel saraf dan otot
3.
Perubahan potensial yang spontan
(akibat ketidakseimbangan siklus pengeluaran pemasukan/ kebocoran-pemompaan)
Apabila potensial berjenjang secara lokal terjadi pada
membran sel saraf atau otot, terdapat potensial berbeda di daerah tersebut.
Arus (secara pasif )mengalir antara daerah yang terlibat dan daerah di
sekitarnya (di dalam maupun di luar membran). Potensial berjenjang dapat
menimbulkan potensial aksi jika potensial di daerah trigger zone di atas
ambang. Sedangkan jika potensial di bawah ambang tidak akan memicu potensial
aksi.
Daerah-daerah di jaringan tempat terjadinya potensial
berjenjang tidak mempunyai bahan insulator sehingga terjadi kebocoran arus dari
daerah aktif membran ke cairan ekstrasel (CES) sehingga potensial semakin jauh
semakin berkurang. Contoh potensial berjenjang:
1.
Potensial pasca sinaps
2.
Potensial reseptor
3.
Potensial end-plate
4.
Potensial alat pacu
2.
Potensial aksi merupakan
pembalikan cepat potensial membran akibat perubahan permeabilitas membran.
Potensial aksi berfungsi sebagai sinyal jarak jauh.
Istilah-istilah:
1.
Polarisasi (potensial
istirahat) à membran memiliki potensial dan terdapat pemisahan muatan
berlawanan
2.
Depolarisasi
à potensial lebih kecil daripada potensial istirahat (menuju 0 mV)
3.
Hiperpolarisasi
à potensial lebih besar daripada potensial istirahat (potensial lebih
negatif dan lebih banyak muatan yang dipisah dibandingkan dengan potensial
istirahat)
Selama potensial aksi, depolarisasi membran ke
potensial ambang menyebabkan serangkaian perubahan permeabilitas akibat
perubahan konformasi saluran-saluran gerbang-voltase. Perubahan permeabilitas
ini menyebabkan pembalikan potensial membran secara singkat, dengan influks Na+ (fase naik;
dari -70 mV ke +30 mV) dan efluks K+
(fase turun: dari puncak ke potensial istirahat). Sebelum kembali istirahat,
potensial aksi menimbulkan potensial aksi baru yang identik di dekatnya melalui
aliran arus sehingga daerah tersebut mencapai ambang. Potensial aksi ini
menyebar ke seluruh membran sel tanpa menyebabkan penyusutan. Cara perambatan
potensial aksi:
1.
Hantaran
oleh aliran arus lokal pada serat tidak bermielin à
potensial aksi menyebar di sepanjang membran
2.
Hantaran
saltatorik yang lebih cepat di serat bermielin à impuls
melompati bagian saraf yang diselubungi mielin
Pompa Na+-K+memulihkan ion-ion
yang berpindah selama perambatan potensial aksi ke lokasi semula secara
bertahap untuk mempertahankan gradien konsentrasi. Bagian membran yang baru
saja dilewati oleh potensial aksi tidak mungkin dirangsang kembali sampai
bagian tersebut pulih dari periode refrakternya. Periode refrakter memastikan perambatan satu arah potensial aksi
menjauhi tempat pengaktifan semula. Potensial aksi timbul secara maksimal
sebagai respon terhadap rangsangan atau tidak sama sekali (all or none). Variasi kekuatan
rangsang dlihat dari variasi frekuensi, bukan dari variasi kekuatan (besarnya)
potensial aksi.
Tikus
Tikus
(Rattus norvegicus) adalah hewan yang
masih satu kerabat dengan tikus liar ataupun tikus rumah. Tikus tersebar di
seluruh dunia. Tikus (Rattus norvegicus)
ini sering ditemukan di dekat bangunan
gedung ataupun di tempat lain, jika terdapat makanan dan tempat berlindung. Tikus
(Rattus norvegicus) ini semuanya berasal mula dari keturunan yang
telah ada yaitu keturunan dari tikus liar yamg sudah mengalami peternakan
secara selektif. Tikus (Rattus norvegicus)
biasanya lebih suka hidup pada tempat yang memiliki suhu lingkungan yang tinggi
(Anonymous, 2010).
Tikus atau mencit adalah binatang asli
Asia, India, dan Eropa Barat. Jenis ini sekarang ditemukan di seluruh dunia
karena pengenalan oleh manusia. Tikus memakan makanan manusia dan barang-barang
rumah tangga (Amori,1996).
Klasifikasi
Tikus (Rattus norvegicus)
Menurut (Anonymous,2010) Tikus (Rattus norvegicus) yang dalam
klasifikasinya dimasukan kedalam sub filum vertebrata (hewan-hewan beruas
tulang belakang), kelas mamalia (hewan- hewan menyusui ), ordo rodentia (hewan-hewan
yang mengerat ) dan family murridae yang merupakan salah satu hama yang penting
pada tanaman pertanian (pangan,horticulur,dan perkebunan). Klasifikasi tikus
yaitu ;
Kerajaan : Animalia
Fillum :
Chordata
Kelas
:
Mamalia
Ordo
: Rodentia
Super
family : Muroidae
Familnya
: Muridae
Sub
suku : Murinae
Genus
: Rattus
Species
: Norvegicus
Morfologi
dan Anatomi Tikus
Tikus memiliki panjang 65-95 mm dari
ujung hidung mereka ke ujung tubuh mereka. Bulu mereka berkisar dalam warna
dari coklat muda sampai hitam dan pada umunya memiliki warna putih. Tikus
memiliki ekor panjang yang memiliki sedikit bulu dan memiliki deretan lingkaran
sisik. Tikus rumah cenderung memiliki panjang bulu ekor lebih gelap ketika
hidup erat dengan manusia, mereka berkisar 12-30 gram berat badannya. Banyak
bentuk-bentuk domestik Tikus telah dikembangkan yang bervariasi dalam warna
dari putih menjadi hitam dan dangan bintik-bintik. (Syariffauzi, 2009 ).
Fisiologi
Tikus
Secara umum, Mencit yang merupakan
mamalia memiliki sistem pencernaan, sistem ekskresi, sistem reproduksi serta
sistem saraf yang hampir sama seperti manusia. Perbedaannya mungkin hanya
terpaut 1,89 % saja.
Pengrusakan
Memori Oleh Alkohol
Sistem saraf pusat secara mencolok dapat
dipengaruhi oleh alkohol dibandingkan dengan sistem lain dalam tubuh. Meskipun
alkohol diyakini sebagai stimulan, tetapi sifat stimulan ini hanya sedikit.
Seperti pada obat anastesi dan hipnotik yang lain, alkohol bersifat menekan (depressant)
sistem saraf pusat dengan efek menurunkan ketajaman mental serta
memperburuk koordinasi motorik.
Hippocampus
telah terbukti bersifat peka terhadap bennacam-macam bahan toksik. Contohnya,
hippocampus mengalami kerusakan oleh karena toksikan dari lingkungan seperti
logam berat, obatobatan yang disalahgunakan seperti alkohol, benzodiazepam,
amfetamin, kokain, mofin, dan lainlain. Perlakuan alkohol kronik akan
menginduksi berkurangnya memori, sesuai dengan yang terlihat pada perubahan
anatomis dan biokimiawi pada otak depan bagian basal dan hippocampus. Hippocampus
memainkan peranan yang krusial dalam pembentukan peta spasial melalui aktivasi
sel-sel place dalam menanggapi lokasi lingkungannya. O'Keefe
& Nadel menyatakan bahwa sel-sel place hippocampus melengkapi
landasan neuronal untuk pembentukan peta spasial. Oleh karena itu gangguan pada
hippocampus akan mengganggu pemakaian peta spasial, misalnya kemampuan untuk
membuat jalan pintas.
Hippocampus
juga terlibat dalam akuisisi dan retensi informasi spasial. Beberapa sel
pyramidal di area CAI dan CA3 pada hippocampus tikus yang sebelumnya bangkit
pada saat menempati lokasi spasial tertentu pada lingkungannya atau pada saat
tikus bergerak dengan arah tertentu, juga gangguan hippocampus tikus secara bilateral
menyebabkan kerusakan yang berat dalam akuisisi dan retensi memori pada
bermacam-macam tugas spasial.
Mekanisme
otak yang mendasari berkurangnya memori yang diinduksi oleh alkohol belum
dipahami. Dasar neural untuk gangguan memori karenaalkohol adalah secaracepat
bentuk kerusakan memori kerja yang merupakan penahan (buffer) informasi baru
atau memori sementara waktu adalah hanya melibatkan hippocampus.
Gangguan
fungsi hippocampus karena lesi hippocampus atau aferensiasi utamanya secara
konsisten akan mengganggu memori kerja. Alternatif lain dari kerusakan memori
spasial dapat disebabkan oleh penyebab lainnya, misalnya telah diamati intake
alkohol kronik mengurangi jumlah neuron hippocampus pada tikus.
Beberapa peneliti menganggap bahwa alkohol akan mengeluarkan efek neurotoksik
melalui efisiensi tiamin sekunder. Biasanya mekanisme yang juga diperhitungkan
pada pola yang sama dari perubahan perilaku dan neuropatologis yang teramati
pada tikus dengan pola abnormalitas yang sama terlihat pada kajian neuroimaging
dari orang yang tergantung alkohol dengan melihat apakah seseorang
secara klinis menunjukkan sindrom Wernicke-Korsakoff atau tidak.
Alkohol
mengandung etanol, dimana etanol di dalam tubuh berfungsi untuk mengaktifkan
GABA (neurotransmitter inhibitor primer penghantar memori). Sehingga apabila
GABA aktif maka impuls-impuls berupa daya ingat atau memori akan terhambat
untuk diteruskan, yang akan menyebabkan menurunnya daya ingat dan memori pada
individu tertentu (khususnya mamalia).
B.
METODE
PENELITIAN
1. Jenis Penelitian dan Desain
Penelitian
a.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan
dilakukan adalah eksperimen kuantitatif.
b.
Desain Penelitian
Desain
pada penelitian ini adalah penelitian korelasi sebab-akibat untuk mengetahui
pengaruh keadaan pertama terhadap keadaan kedua. Pada penelitian ini desain
penelitian korelasi sebab-akibat untuk mengetahui pengaruh pemberian alkohol secara kronis terhadap memori pada tikus
(Rattus norvegicus)
2. Variabel Penelitian
Variabel
adalah gejala yang bervariasi. Gejala adalah objek penelitian, sehingga
variabel adalah objek penelitian yang bervariasi (Sutrisno Hadi dalam Arikunto,
2006:116).
Variabel yang digunakan pada penelitian
ini adalah :
a.
Variabel bebas
Alkohol konsentrasi
15%,alkohol konsentrasi 30%, dan Aquades
b.
Variabel terikat
Kecepatan
tikus untuk menyelesaikan labirin dari start sampai
finish
c.
Variabel kontrol
Suhu,
cahaya, air
Dalam
penelitian ini juga diadakan kelompok kontrol yaitu Rattus norvegicus yang
tidak diberi alkohol dan
kelompok eksperimen yaitu Rattus norvegicus yang
diberi Alkohol dengan konsentrasi 15%, Rattus norvegicus yang diberi Alkohol dengan konsentrasi 30% dan Rattus norvegicus yang diberi aquades.
3.
Metode
Pengumpulan Data
Dalam melakukan
sebuah penelitian sangat memerlukan adanya data untuk memperkuat hasil
penelitian tersebut. Metode pengumpulan data yang akan dilakukan oleh peneliti
adalah dengan melakukan eksperimen, yaitu memberikan perlakuan yang bervariasi
terhadap objek penelitian.
4. Metode Pelaksanaan
ü Alat :
a.
Labirin
b.
stopwatch
c.
sonde
d.
Sarung tangan
e.
Gelas ukur
f.
pipet
ü Bahan :
a.
Tikus (Rattus norvegicus)
b.
2 ml alkohol 15%
c.
2 ml alkohol 30%
d.
akuades
e.
Pelet
ü Cara
Kerja :
a.
Memelihara 4 ekor tikus (Rattus
norvegicus) dalam kandang yang diusahakan memiliki berat dan panjang yang
hampir sama, umur serta jenis kelamin yang sama pula, kemudian tentukan mana
tikus sebagai individu kontrol dan 3 tikus sebagai individu eksperimen
b.
Semua tikus diberi makan
sama dan juga minum yang sama dalam masa percobaan.
c.
Pada hari pertama
dilakukan proses adaptasi bagi tikus, tikus dimasukkan ke dalam labirin sebagai
proses belajar, sekaligus dilakukan pengambilan data awal mengenai kecepatan
waktu tikus menemukan jalan keluar di labirin.
d.
Setelah pengambilan data,
pada hari dan saat itu juga, tikus diberi perlakuan yang berbeda. Tikus sebagai
individu kontrol tidak
diberi perlakuan apapun, tikus perlakuan I diberi 2 ml aquades, tikus perlakuan II diberi 2 ml
alkohol 15% dan tikus perlakuan III diberi 2 ml alkohol
30%. Perlakuan tersebut dilakukan rutin selama dua belas hari.
e.
Pada hari ke 3 setelah
pemberian perlakuan, tikus dimasukkan ke dalam labirin, kemudian menghitung
waktu yang dibutuhkan tikus untuk keluar dari labirin.
f.
Pengujian dan pengukuran waktu
cepat lambatnya tikus keluar dari labirin ini dilakukan 2 hari sekali selama 12
hari. Dengan catatan, apabila terjadi perubahan waktu kecepatan tikus keluar
dari labirin yang signifikan, maka pengambilan data dipercepat menjadi 1 hari
sekali.
g.
Sampai pada hari ke 12
tikus tetap diuji daya ingat dengan cara memasukkan kembali ke labirin,
kemudian mencatat waktunya dan menghitung selisih waktu yang dibutuhkan tikus
untuk keluar dari labirin.
5. Metode Analisis Data
Pengolahan data penelitian yang sudah diperoleh dimaksudkan suatu
cara mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga dapat dibaca (readable)
dan dapat ditafsirkan (interpretable), (Azwar, 2001 : 123).
Data dianalisis dengan
Analisis Variansi satu jalur untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pengaruh pemberian alkohol secara kronis terhadap memori pada tikus (Rattus norvegicus).
C.
DATA
HASIL PENGAMATAN
Terlampir
(Lampiran 1)
A.
HASlL DAN PEMBAHASAN
Dalam rangka untuk
mengungkapkan pengaruh alkohol terhadap memori, penelitian ini mengungkapkan
pengaruh pemberian alkohol secara kronis terhadap tikus yang dimasukkan ke dalam labirin yang
kemudian dihitung waktu tikus untuk menemukan jalan keluar menuju pintu keluar. Labirin yang digunakan adalah berbentuk segi
empat dengan alur yang berkelok-kelok.
Pada penelitian
ini labirin yang dimasuki
oleh tikus (Rattus norvegicus) diperhitungkan untuk
mendapatkan gambaran tentang aktivitas tikus dalam menjalankan tugasnya pada labirin. Gambaran
tentang aktivitas tikus dalam menjalankan tugas awalnya akan dilakukan selama
12 hari berturut-turut , akan tetapi
akhirnya percobaan hanya dilakukan selama enam hari. Hal ini dikarenakan
persiapan yang hendak dilakukan terhambat oleh waktu libur kuliah. Pada percobaan
ini, digunakan tikus sebanyak empat ekor. Tikus pertama sebagai kontrol yaitu tanpa diberi perlakuan
dengan ciri-ciri kepala terwarna kuning. Tikus kedua dengan perlakuan pemberian
akuades dengan ciri-ciri telinga keriting. Tikus ketiga dengan pemberian
alkohol 15% dengan ciri-ciri ekor terwaarna kuning. Sedangkan tikus keempat
dengan pemberian alkohol 30% dengan ciri-ciri ekor terwarna hitam.
Dari hasil perhitungan
statistik dengan analisis varian
(Anava) 1 jalan didapatkan
hasil Fhitung <
Ftabe1 (0,094 < 3,10) dengan
taraf kemaknaan 95% dan dengan taraf kemaknaan 99% yaitu (0,094 < 4,94).
Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada
pengaruh pemberian alkohol secara kronis terhadap memori tikus, dalam
ha1 ini dengan menghitung lamanya waktu yang dibutuhkan tikus untuk menemukan
jalan keluar selama enam hari berturut-turut pada waktu tertentu yang sama
(pukul 11.00). Adapun pemberian perlakuan menggunakan alkohol secara oral
dilakukan pada waktu yang sama pula (pukul 17.00). pemberian alkohol secara
oral menggunakan alat yang disebut dengan sonde.
Berdasarkan data hasil
pengamatan, pada hari pertama sebagai data awal sebagian besar tikus
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencapai jalan keluar. Hal ini
dikarenakan tikus masih berada pada tahap pengenalan terhadap media labirin.
Pada hari-hari selanjutnya sampai hari terakhir pengambilan data, diperoleh
hasil bahwa waktu yang dibutuhkan tikus untuk menemukan jalan keluar rata-rata
lebih sedikit jika dibandingkan dengan data awal. Hal tersebut diketahui dengan
melihat selisih waktu setiap harinya. Setelah dibandingkan, dapat diketahui
bahwa tikus yang mengalami pertambahan kecepatan waktu paling besar dari hari
pertama sampai keenam yaitu tikus pertama yang berperan sebagai tikus kontrol,
dengan rata-rata selisih waktu sebesar 47,8 detik. Sedangkan tikus yang
mengalami pertambahan kecepatan paling kecil yaitu tikus ketiga (pemberian
alkohol 15%), dengan rata-rata selisih waktu sebesar 4,4 detik.
Berdasarkan data tersebut,
maka kesimpulan awal yang diperoleh yaitu pemberian alkohol dapat meningkatkan
memori pada tikus. Namun, setelah dilakukan penghitungan secara statistik
menggunakan analisis uji varian (ANAVA) satu arah diperoleh kesimpulan yang
berbeda yaitu pemberian alkohol tidak berpengaruh terhadap memori pada tikus.
Berdasarkan kesimpulan
tersebut, percobaan yang telah dilakukan belum dapat membuktikan bahwa
pemberian alkohol berpengaruh terhadap memori pada tikus. Hal ini dapat terjadi
karena beberapa faktor, diantaranya:
·
Waktu
percobaan
Sesuai dengan metode percobaan, waktu yang akan
digunakan untuk melakukan percobaan adalah 12 hari. Akan tetapi, hanya
terlaksana enam hari saja. Proses perubahan memori pada tikus (yang terjadi di
dalam hippocampus) akibat pemberian alkohol dapat terlihat setelah pemberian
perlakuan minimal selama 12-14 hari (Wulan, 2012). Sehingga percobaan yang
telah dilakukan tersebut belum dapat membuktikan pengaruh alcohol terhadap
memori pada tikus.
·
Perlakuan
terhadap tikus
Pemberian perlakuan berupa alcohol sebanyak 2
ml terhadap tikus dilakuakan secara oral menggunakan sonde. Teknik pemberian
perlakuan yang dilakukan saat percobaan kurang tepat sehingga alcohol tidak
tepat masuk ke lambung, sebagian kecil keluar kembali melalui mulut. Hal ini
mengakibatkan banyaknya alcohol yang dimasukkan ke dalam tubuh tikus kurang
berpengaruh terhadap memori.
·
Pengambilan
data
Pada saat dilakukan pengambilan data, teknik
handling yang kurang tepat sehingga tikus menjadi stress dan proses pengambilan
data menjadi terganggu. Sedangkan banyaknya data yang diambil ditargetkan
sebanyak dua kali pengulangan.
·
Penjagaan
kondisi tikus
Penjagaan berupa pemberian makan dan minum
terhadap tikus sesaat sebelum pengambilan data menyebabkan tikus cenderung
lebih lama untuk mencapai jalan keluar.
Berdasarkan jurnal dengan
judul “Pengaruh Pemberian Alkohol secara Kronis terhadap Memori pada Tikus (Rattus norvegicus)” dari Sri Nabawiyati dkk yang digunakan
sebagai acuan dari awal percobaan, beberapa teori diantaranya menyebutkan bahwa
pemberian alkohol berpengaruh terhadap memori pada tikus. Alkohol
mengganggu proses-proses seperti pola menanggapi, variabilitas
perilaku, dan kerja memori spasia1. Pola gangguan dan kerusakan pemetaan spasial dalam
hubungannya dengan pemeliharaan
kemampuan merunut kembali
(retrace) atau mengetahui jalur (route) pada tikus kelompok perlakuan
akan melengkapi contoh pemisahan domain spasial dan sering diamati secara
klinis pada penderita amnesia.
Mekanisme
otak yang mendasari berkurangnya
memori yang diinduksi oleh
alkohol belum dipahami. Dasar neural
untuk gangguan memori karena alkohol adalah secara cepat
bentuk kerusakan memori kerja yang
merupakan penahan (buffer) informasi baru atau memori sementara
waktu adalah hanya melibatkan hippocampus. Gangguan
fungsi hippocampus karena lesi hippocampus atau aferensiasi utamanya secara
konsisten akan mengganggu memori kerja.
Pandangan umum bahwa minum alkohol adalah
buruk untuk pembelajaran dan memori tidaklah salah, kata ahli neurobiologi
Hitoshi Morikawa, namun studi ini hanya menyoroti satu sisi dari pengkonsumsian
etanol ke dalam otak.
Minum alkohol mengaktifkan area
otak tertentu kita untuk belajar dan mengingat lebih baik, demikian yang
ditemukan dalam sebuah penelitian terbaru dari Waggoner Center for Alcohol and
Addiction Research di The University of Texas at Austin.
Studi Morikawa, yang menemukan bahwa
paparan etanol secara berulang meningkatkan plastisitas sinapsis di area kunci
dalam otak, merupakan bukti lebih lanjut terhadap hadirnya konsensus dalam
komunitas ilmu saraf di mana kecanduan narkoba dan alkohol secara fundamental
adalah disorder pembelajaran dan memori.
Dalam pengertian yang penting, kata Morikawa,
pecandu alkohol tidak kecanduan dengan pengalaman kesenangan atau membantu
mereka mendapatkannya dari meminum alkohol. Mereka kecanduan konstelasi isyarat
lingkungan, perilaku dan fisiologis yang diperkuat ketika alkohol memicu
pelepasan dopamin di otak.
“Orang biasanya memikirkan dopamin
sebagai pemancar bahagia, atau pemancar kesenangan, namun lebih akurat juga
pemancar pembelajaran,” kata Morikawa. “Ini memperkuat sinapsis-sipnasis yang
aktif saat dopamin dilepaskan.”
Semakin sering kita melakukan sesuatu
sambil minum alkohol, dan lebih banyak dopamin yang dirilis, semakin
“mempotensasikan” berbagai sinapsis dan semakin kita mendambakan set
pengalaman serta asosiasi yang mengorbit di seputar penggunaan
alkohol.
B.
KESIMPULAN
Berdasarkan tinjauan teoritis dan pembahasan penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa pemberian alkohol
tidak berpengaruh terhadap memori pada tikus terkait faktor-faktor
yang mempengaruhi.
L. DAFTAR PUSTAKA
Bowden C
and McCarter RJSpatial memory in alco- hol-dependent subject
: using a push-button
maze to test the principle of
equiavailibility. J Brain & Cogn,
1993; 22: 51-62.
Chamess
ME, Simon RP, Greenburg DA. Ethanol and the nervous system. N Engl J Med,
1989; 321: 442-54.
Gal K
and Bardos G. The effect of chronic alcohol treat-ment on
the radial maze
performance of rats.
J Neuroreport, 1994; 5(4): 42 1-4
Gasbarri A,
Sulli, lnnocenzi R.
Pacitti C. Brioni
JD. S~atial memorv
imuairment induced by
lesion of the hippocampal
dopaminergic system in the rat. J Neurosci, 1996;74(4): 1037-44.
Givens
B. Low doses ofethanol impair spatial working memory and reduce hippocampal theta activity. J Alco-
holism Clin Exp Res, 1993; 19(3): 763-6.
Kometsky
C. Pharmacology, Drug Affecting Behaviour. First edition. New York: Wiley &
Sons, 1976.
Kieman
JA. Histological and Histochemical
Methods. Theory and Practice. First edition. New York: Pergamon press,-1981.
Lucchi
L, Moresco RM, Govoni S, Trabucchi M. Effect ofchronic ethanol treatment on
dopamine receptor sub-types in rat striatum. I Brain Res 1988; 449: 247-351.
Praktiknya AW. Statistik
untuk Penelillan Kedokteran. Pendekatan Rancanaan Temadu.
Keria sama UGM dan PAU-PPAI UT.Yogyakarta.1994.
http://www.isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/3510318.pdf
- .
Diakses tanggal 1 april 2012.
http:// www.medicinesia.com/kedokteran-klinis/neurosains-kedokteran klinis/memori/. Diakses tanggal 1 april 2012.
Klik di sini untuk download softfile word nya ...
Included :: Laporan Jadi - Data Hasil Pengamatan - Jurnal Kegiatan - Analisis Data - Dokumentasi
Terimakasih sudah berkunjung :)
The 3 Most Popular Casinos in Los Angeles and San Diego
BalasHapusThe 3 Most 사천 출장마사지 Popular Casinos in Los Angeles and 진주 출장샵 San Diego · Wild Casino · El 강릉 출장샵 Royale · 구미 출장안마 Caesars Palace · 포천 출장안마 Sycuan Casino · Caesars