Kelompok 5 Ekologi Rombel 01 Pend.Bio 2010
Kuliah Lapangan di Ulo Lanang |
Anggota Kelompok |
Rincian kegiatan yg dilakukan (foto-foto) hahaha |
KOMPOSISI DAN STRUKTUR
KOMUNITAS
TUMBUHAN STRATA HERBA DI KAWASAN CAGAR ALAM ULOLANANG, SUBAH
A. Latar Belakang
Kurangnya
data konservasi di suatu kawasan dapat mengakibatkan kerugian yang cukup besar
baik dari segi ekonomi maupun dari segi keseimbangan ekologi khususnya di
sebuah cagar alam. Suatu perencanaan yang baikdalam usaha pelestarian sebuah kawasan
perlindungan keanekaragaman hayatisangat diperlukan demi tercapainya keseimbangan
ekologis melalui konservasi dan pengelolaan yang sesuai tepat.
Hal
ini kami lakukan sebagaimana kami ingin mengetahui faktor lingkungan di kawasan
Cagar Alam Ulolanang dapat memberikan dampak pengaruh terhadap macam tumbuhan
yang hidup di daerah tersebut. Lingkungan merupakan faktor penting dimana dalam
ekologi dapat menjadi penentu tumbuhan apa saja yang dapat hidup dengan
kriteria lingkungan seperti itu. Sebab tumbuhan hanya dapat hidup jika syarat
medium (lingkungan) tempat hidupnya sesuai dengan syarat hidup tumbuhan.
Cagar
Alam Ulolanang Kecubung perlu dilestarikan dari adanyagangguan-gangguan ekologis,
maka dalam rangka usaha pelestarian tersebut perlu adanya data dasar tentang
komponen penyusun ekosistemnya.Pembuatan proposal ini didasarkan pada kurangnya
data ekologis pada Cagar Alam Ulolanang, Subah. Data dasar ini berisi informasi
mengenai kondisi hutan meliputi komposisi dan struktur komunitas penyusun hutan.
Tumbuhan
herbadipilih sebagai obyek yang diamati dengan pertimbangan bahwa golongan
tumbuhan herba di kawasan Cagar Alam Ulolanang Kecubung cukup melimpah serta
tersebut banyak ditemukan
tumbuhan lantai hutan sehingga mudah untuk diamati
dibandingkan dengan jenis tumbuhan yang lain seperti pohon, maupun semak
kemudian juga keakuratan data lebih terjamin dibandingkan kelompok tumbuhan
tersebut di atas. Tumbuhan lantai ini juga dimungkinkan memiliki peran yang
cukup besar dalam mempengaruhi proses-proses ekologis pada ekosistemnya.
.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana komposisi komunitas tumbuhan strata herba
di kawasan Cagar
Alam
Ulolanang?
2.
Bagaimana nilai penting spesies penyusun komunitas tumbuhan herba yang
hidup di kawasan Cagar
Alam
Ulolanang?
3.
Bagaimana indeks diversitas spesies penyusun komunitas tumbuhan herba di
kawasan Cagar
Alam
Ulolanang?
C.
Tujuan
1.
Menentukan
komposisi
dan struktur komunitas tumbuhan
strata herba di kawasan Cagar
Alam
Ulolanang,
Subah.
2.
Menentukan nilai penting spesies penyusun komunitas tumbuhan strata herba
di kawasan Cagar
Alam
Ulolanang,
Subah.
3.
Menentukan indeks diversitas spesies penyusun komunitas tumbuhan strata herba
di kawasan Cagar
Alam
Ulolanang,
Subah.
D.
Manfaat
1.
Dapat mengetahui jenis tumbuhan strata
herba yang bermanfaat di cagar alam Ulolanang, Subah.
2.
Memberikan data yang berguna sebagai referensi
komposisi dan struktur
komunitas tumbuhan strata herba kawasan cagar alam Ulolanang,
Subah.
A. Landasan Teori
Hutan adalah sebuah kawasan
yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan
dan tumbuhan
lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas di
dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida
(carbon dioxide sink), habitathewan,
modulator arus hidrologika,
serta pelestari tanah,
dan merupakan salah satu aspek biosferbumi
yang paling penting. Hutan merupakan suatu kumpulan tumbuhan dan juga tanaman,
terutama pepohonan atau tumbuhan berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup
luas. Suatu kumpulan pepohonan dianggap hutan jika mampu menciptakan iklim dan
kondisi lingkungan yang khas setempat, yang berbeda daripada daerah di luarnya.
Cagar Alam Ulolanang Kecubung diresmikan menjadi
cagar alamberdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan yang tertuang dalam
SuratKeputusan No.SK. 106/Menhut-II/2004 tanggal 14 April 2004. Menurutwilayah
administrasi pemerintahan terletak di Desa Gondang, KecamatanSubah, Kabupatan
Batang. Cagar Alam Ulolanang Kecubung memiliki luas69,70 hektar dan topografi
lereng bergelombang, terletak pada ketinggian ±165 m di atas permukaan laut
dengan jenis tanah latosol dari bahan indukbatu bekuan basis dan intermedier
dengan sifat tanah agak asam sampaiasam, warna kuning coklat atau merah dan
peka terhadap erosi. Cagar alamUlolanang Kecubung menurut klasifikasi Schmidt
dan Fergusson empunyaitipe iklim B, curah hujan rata-rata 277,7 mm/tahun,
kelembaban rata-rata84%, dengan suhu 24,40C-290C (Balai KSDA
2010).Tipe ekosistem yang ada di Cagar Alam Ulolanang Kecubungadalah hutan
lembab dataran rendah.
Nilai Penting (INP)
adalah cara yang digunakan untuk menetapkan dominasi suatu jenis terhadap jenis
lainnya atau dengan kata lain nilai penting menggambarkan kedudukan ekologis
suatu jenis dalam komunitas. Indeks Nilai Penting dihitung berdasarkan
penjumlahan nilai Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR) dan Dominansi
Relatif (DR).
Index Diversitas
memiliki makna tingkat kematangan dan stabilitas komunitas tersebut. Gabungan
dari kekayaan jenis & kelimpahan. Bisa diartikan dari banyaknya jumlah yang
menyusun dan siapa saja yang menyusunnya.
Transek adalah suatu
metode untuk menentukan panjang daerah dengan cara penandaan menggunakan garis
sepanjang daerah yang akan diambil sampelnya. Garis tersebut menjadi batasan
yang jelas dan merupakan range wilayah yang akan diambil sampelnya.
Keanekaragaman jenis
adalah parameter yang sangat berguna untuk membandingkan dua komunitas,
terutama untuk mempelajari pengaruh gangguan biotik, untuk mengetahui tingkatan
suksesi atau kestabilan suatu komunitas. Keanekaragaman jenis ditentukan dengan
menggunakan rumus Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener
B.
Alat
dan Bahan
Alat
:Alat tulis
Tali
rafia
Pasak
Meteran
Kertas tabel pengamatan
Plastik
Spidol marker atau kertas nama spesies
Kamera
Buku referensi
Bahan
: tumbuhan strata herba di kawasan hutan Ulolanang, Subah
A.
Cara
Kerja
1.
Melakukan survei dan menyiapkan tindakan
penyesuaian lapangan.
Menentukan INP
2.
Membuat
plot pada area tersebut, berukuran 1 m2 dengan menggunakan tali
rafia. (membentuk
tali rafia menjadi persegi 100 x 100 cm, kemudian di setiap titik sudut diikatkan
pasak sehingga mempermudah dalam pembuatan plot).
3.
Memilih perlakuan adanya perbedaan daerah terdedah dan
ternaung.
4.
Membagi wilayah ploting menjadi 2
kawasan, daerah terdedah dan ternaung yang mana memiliki tumbuhan herba yang
heterogen, masing-masing pada
daerah terdedah sebanyak 35 plot dan 35 plot pada daerah ternaung.
5.
ngambil sampel
tumbuhan herba dengan metode quadrat secara acak.
6.
Menentukan
jarak antar plot pada daerah pengeplotan serta mengukur suhu.
Transek line
7.
Mengamati
individu yang hadir di plot, kemudian mencatat nama spesies, jumlah individu
dan % coverage.
8.
Mencatat
data pada tabel pengamatan.
9.
Melakukan ploting dengan mengikuti
langkah nomer 7 sampai spesies yang hadir relative sama.
10.
Jika belum diketahui nama spesiesnya, maka mengambil sampel kemudian dimasukkan ke dalam
plastikserta
memberi penamaan sementara yang konsisten ketika spesies tersebut ditemui lagi di plot
lain.
Menentukan ID
1)
Menentukan ID dengan pengolahan data
setelah mendapatkan hasil INP tumbuhan herba dari langkah kerja menentukan INP.
2)
Menentukan ID pada daerah terdedah dan ternaung.
|
I. Pembahasan
Observasi yang kami lakukan kali ini mengangkat
pembahasan tentang komposisi dan struktur komunitas tumbuhan strata herba
di kawasan Cagar
Alam
Ulolanang,
Subah. Tujuan obsrvasi yang kami lakukan adalah untuk menentukan nilai penting,
indeks diversitas
serta komposisi dan struktur
komunitas tumbuhan penyusun komunitas tumbuhan strata herba di kawasan Cagar Alam Ulolanang, Subah.
Dalam melakukan prosedur kerja yang kami terapkan,
pertama kami melakukan observasi tempat terlebih dahulu dengan jalan menyusuri
tempat-tempat yang banyak ditumbuhi tumbuhan herba, guna memaksimalkan data
spesies serta menentukan persebaran tumbuhan itu sendiri. Kami membagi wilayah
tersebut menjadi dua daerah segmentasi, yaitu daerah ternaung dan terdedah.
Kami melakukannya berdasarkan atas adnya perbedaan komposisi dalam pengamatan
secara langsung setelah melakukan observasi penyusuran daerah. Terdapat juga
perbedaan ketinggian, namun ketinggian yang tercantum pada antimeter yang kami
gunakan tidak terlalu signifikan, serta pada ketinggian-ketinggian tertentu
kami tidak menjumpai adanya perbedaan struktur komposisi tumbuhan herba yang
menjadi penyusun komunitas tersebut.
Setelah kami menentukan daerah mana saja yang akan
kita segmentasi dan menentukan ploting, kami melakukan prosedur seswuai dengan
langkah kerja yang telah kami buat. Kami membuat daerah range dengan transek
dan melakukan ploting pada masing-masing daerah segmentasi sebanyak 35 plot.
Sehingga total ploting yang kami lakukan adalah 70 kali. Berikut adalah
pembahasan mengenai nilai penting dan indek diversitas setelah pengolahan data.
A. Nilai Penting
Dari hasil
perhitungan, diperoleh bahwa spesies Isachne
globosa memiliki nilai penting tertinggi sebesar 42,62 kemudian
diikuti oleh spesies Cyperus sp 19,98.
Nilai penting tertinggi dijadikan sebagai nama komunitas herba. Sehingga Isachne globosa menjadi nama komunitas
herba di Cagar
Alam Ulolanang, Subah. Berikut klasifikasi dari Isachne globosa:
Kingdom : Plantae
Class : Commelinids
Ordo : Poales
Familia : Poaceae
Subfamilia : Panicoideae
Tribus : Isachneae
Genus : Isachne
Spesies : Isachne globosa
Isachne globosa
merupakan rumput-rumputan yang mudah tumbuh di berbagai kondisi lingkungan.
Spesies ini menyebar di banyak titik di Cagar Alam Ulolanang, Subah. Tidak
seperti Cyperus
killingia, Cyperus sp atau rumput jarang yang hanya menggerombol di beberapa titik
saja.
Isachne globosa ini dapat ditemui baik di daerah
terdedah dan ternaung.
Dominansi
dan frekuensi relatif dari hasil pengamatan pada spesies Isachne globosa paling tinggi dibanding dengan yang lainnya. Sehingga
akumulasi dari kedua parameter tersebut juga menghasilkan nilai penting yang
besar. Data
ini menunjukkan bahwa Isachne globosa
ini mempunyai penguasaan yang besar terhadap daerah vegetasi tersebut dan
mempunyai kontrol yang cukup besar terhadap komunitas tumbuhan yang ada di
wilayah pengamatan tersebut. Jika keberadaan tumbuhan ini terganggu, maka dapat
dimungkinkan vegetasi tersebut akan terganggu pula, karena kemampuan kontrol
tumbuhan ini yang besar dan mendominasi area tersebut.
Kelimpahan
spesies ini yang
ditandai dengan dijumpai pada 34 plot dari total 70 plot dipengaruhi
oleh faktor lingkungan yang cocok bagi pertumbuhan spesies jenis ini. Apabila dikaitkan dengan faktor abiotik
diatas, maka dapat diartikan bahwa fakto-faktor abiotik tersebut sangat
mendukung pertumbuhan dari tumbuhan ini. Selain itu
bentuk morfologi tumbuhan ini juga merupakan faktor yang menyebabkan Isachne globosa dapat tumbuh dengan
tingkat reproduksi dan beradaptasi dengan baik di Cagar Alam Ulolanang ini.
B. Indeks Diversitas
Dalam kegiatan
praktikum yang telah dilaksanakan di Cagar Alam Ulolanang pada tanggal 03 November
2012, guna menentukan nilai Indeks diversitas herba di area terdedah yaitu area
terkena cahaya matahari langsung dengan area ternaung, yang merupakan area dengan
cahaya matahari terbatas atau tidak langsung karena cahaya matahari yang di
dapat herba sebagian terhalang oleh vegetasi pohon didapatkan hasil sebagaimana
dalam hasil analisis data
di
atas. Pengamatan herba pada area terdedah dilakukan di sekitar aliran sungai
dan sebagian besar di daerah stasiun 3 dimana disini ditemukan banyak herba
yang tidak tertutup oleh pohon/semak. Sedangkan untuk pengamatan herba area ternaung
dipilih herba yang terdapat di dalam kawasan hutan yang terlindung oleh
vegetasi pohon.
Dari data yang
didapat setelah kegiatan di lapangan, kemudian dilakukan perhitungan nilai
indeks diversitas pada kedua area tersebut mengacu pada nilai penting tiap
spesies pada 70 plot dimana 35 plot untuk area terdedah dan 35 plot lagi pada
area ternaung. Perhitungan nilai indeks diversitas dengan nilai penting ini
menggunakan rumus Shanon wiener yang pada hasilnya menunjukkan perbedaan yang
signifikan antara indeks diversitas herba area terdedah dan ternaung di Cagar
Alam Ulolanang, Subah. Untuk nilai indeks diversitas pada area terdedah adalah
2,78 sedang pada ternaung 2,39. Perbedaan nilai indeks diversitas ini mungkin
terjadi karena faktor
abiotik yang berbeda di antara kedua area tersebut.
Salah satu
faktor abiotik yang terlihat jelas selisihnya pada kedua area tersebut yang mungkin sangat berpengaruh terhadap nilai indeks
diversitas pada kedua area, terdedah dan ternaung adalah cahaya matahari. Perbedaan nilai intensitas cahaya matahari pada kedua
area terdedah dan ternaung inilah yang mungkin menyebabkan terjadinya perbedaan
nilai indeks diversitas di kedua area tersebut. Hal ini
dikarenakan cahaya
matahari merupakan limiting factor
bagi tumbuhan selain air. Meskipun jika
dilihat dari harga faktor
abiotik lainnya pada
kedua area tidak terlalu berbeda jauh, namun berdasarkan hasil perhitungan nilai indeks diversitas,
faktor intensitas cahaya
matahari
sudah cukup mempengaruhi perbedaan komposisi spesies herba dan kelimpahannya pada
masing-masing area yang
diamati.
Faktor-faktor tersebut memacu tumbuhnya komunitas strata herba di daerah
terdedah tumbuh lebih baik dan beragam bila dibandingkan dengan daerah
ternaung.
B. Kesimpulan
1.
Tumbuhan dengan nilai penting tertinggi
di Cagar Alam Ulolanang, Subah adalah Isachne
globosa dengan nilai penting 42,62.
2.
Nama
komposisi
dan struktur komunitas tumbuhan
strata herba di kawasan Cagar
Alam
Ulolanang,
Subah
disebut sebagai “Komunitas Isachne globosa”.
3.
Nilai indeks diversitas penyusun komunitas tumbuhan strata herba
di kawasan Cagar
Alam
Ulolanang,
Subah
pada area terdedah adalah 2,78 sedang pada area ternaung adalah 2,39.
C. Daftar Pustaka
Anonim.
2012. Teknik
Analisis Vegetasi. Diunduh di http://www.irwantoshut.net/analisis_vegetasi_Teknik_Analisis_tanpa_petak.html
______.
2012. Teknik
Analisis Vegetasi Teknik Titik Kwadran. Diunduh di
http://www.irwantoshut.net/analisis_vegetasi_Teknik_titik_kwadran.html
Fachrul,
Melati Ferianita. 2007. Metode Sampling
Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara.
Ngabekti,
Sri. 2006. Buku Ajar Ekologi.
Semarang: Universitas Negeri Semarang
Soerianegara,
I dan Indrawan, A. 1988. Ekologi
Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi. Fakultas Kehutanan. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Surasana,
E. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan.
Bandung: FMIPA Institut Teknologi Bandung.
Syafei,
Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: ITB.
Untuk download softfile klik di sini
Included :: 4 Tahap revisi proposal penelitian - 2 Tahap revisi laporan - Data Pengamatan - Analisisnya
Selamat mendownload :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar