Minggu, 01 Januari 2012

Terjangan Bahasa Inggris terhadap Bahasa Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Apabila dilihat dari latar belakang sejarahnya, bahasa Indonesia mengalami masa-masa yang cenderung menurun dan naik. Pada saat Indonesia masih dijajah oleh Belanda, bahasa Indonesia jarang sekali digunakan karena di pemerintahan Belanda hanya menggunakan bahasa Belanda dan bahasa barat (bahasa Inggris) tetapi, ketika Indonesia dijajah oleh Jepang, bahasa Indonesia mengalami kemajuan sebab pada saat itu pemerintahan Jepang melarang keras digunakannya bahasa-bahasa barat, dan bahasa yang boleh digunakan hanya bahasa Indonesia.
Di era proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, Ir. Soekarno dan Mohamad Hatta membacakan teks proklamasi dengan bahasa Indonesia. Berita tentang proklamasi tersebut menyebar hampir ke seluruh penjuru tanah air. Rakyat Indonesia yang mengetahui bagaimana menggunakan bahasa Belanda, bahasa Melayu, atau bahasa daerah lainnya menyambut dengan gembira akan proklamsai kemerdekaan Indonesia yang menggunakan bahasa Indonesia lelu berkata “Indonesia merdeka”. Maka, penggunaan bahasa Indonesia saat itu hingga sekarang sudah sesuai dengan cita-cita proklamasi yaitu terwujudnya bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan orang Indonesia. Hal ini diperkuat lagi dengan adanya Sumpah Pemuda yang mengakui bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Namun, saat ini pemakaian bahasa Indonesia mengalami krisis identitas dan mulai tersisih oleh semakin maraknya pemakaian bahasa asing dan bahasa campuran, baik dalam forum formal maupun nonformal. Dewasa ini banyak terlihat aneka merek dagang, nama tempat, nama gedung, pamflet dan kain spanduk yang menggunakan bahasa asing khususnya bahasa Inggris. Bukan itu saja, struktur teks juga menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan adalah bahasa Inggris. Misalnya nama hotel misalnya ABC Hotel bukan Hotel ABC. Mereka mengasumsikan kalau merek dagang dalam bahasa asing atau bercampur dengan kata asing daya jualnya lebih besar dan bergengsi. Ini membuktikan bahwa bahasa Indonesia lambat laun akan menjadi bahasa nomor dua saja di Indonesia setelah bahasa asing. Fenonema lain terlihat dengan istilah dari bahasa Inggris lebih sering dipakai dalam hal yang menyangkut komputer dan peralatan elektronik lainnya. Istilah-istilah seperti software dan hardware lebih sering digunakan dibanding padan katanya dalam bahasa Indonesia; piranti lunak dan piranti keras. Istilah telepon genggam juga telah kalah populer dengan handphone. Jika kita amati, terutama anak muda, ternyata banyak yang masih rabun membaca, gagap berbicara, dan sulit menulis. Mereka cenderung menggampangkan urusan berbahasa Indonesia. Selain itu, muncul anggapan bahwa apabila lihai berbahasa Inggris dianggap lebih modern dan lebih mengikuti arus perkembangan globalisasi dibanding dengan lihai dalam berbahasa Indonesia. Fenomena yang turut mendukung lainnya adalah kian maraknya sekolah bertaraf internasional yang mewajibkan siswa menguasai bahasa Inggris dan menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar baik dalam proses seleksi penerimaan siswa baru hingga penyampaian materi pelajaran sehari-hari.
Sebagai generasi muda penerus bangsa hal ini patut menjadi sebuah tugas besar bagi kita semua untuk tetap menjaga popularitas dan eksistensi bahasa Indonesia di tengah maraknya penggunaan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari ?
2.      Faktor apa sajakah yang memengaruhi penurunan eksistensi bahasa Indonesia ?
3.      Apa dampak positif dan negatif masuknya bahasa asing terhadap bahasa Indonesia ?
4.      Upaya apa yang bisa dilakukan untuk menjaga popularitas dan eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu di Indonesia dalam era globalisasi saat ini ?


C.     TUJUAN
1.       Mengetahui penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari .
2.      Mengetahui faktor – faktor  yang memengaruhi penurunan eksistensi bahasa Indonesia.
3.      Mengetahui dampak positif dan negatif  masuknya bahasa asing terhadap bahasa Indonesia.
4.      Upaya yang bisa dilakukan untuk menjaga popularitas dan eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu di Indonesia dalam era globalisasi saat ini




BAB II
LANDASAN TEORI

Pemilihan bahasa menurut Fasold (1984: 180) tidak sesederhana yang kita bayangkan, yaitu memilih “sebuah bahasa secara keseluruhan” (whole language) dalam suatu komunikasi. Kita membayangkan seseorang yang menguasai dua bahasa atau lebih harus memilih bahasa mana yang akan ia gunakan. Kenyataannya, dalam hal memilih, terdapat tiga jenis pilihan. Pertama, dengan memilih satu variasi dari bahasa yang sama (intra-language-variation). Kedua, dengan alih kode (code-swicthing), artinya menggunakan satu bahasa pada satu keperluan, dan menggunakan bahasa yang lain pada keperluan lain. Ketiga, dengan melakukan campur kode (code-mixing), artinya menggunakan satu bahasa tertentu dengan dicampuri serpihan-serpihan dari bahasa lain.
Peristiwa peralihan bahasa atau alih kode (code-switching) dapat terjadi karena beberapa faktor. Rayfield (1970: 54-58) berdasarkan studinya terhadap masyarakat dwibahasa bahasa Yahudi-Inggris di Amerika mengemukakan dua faktor utama, yakni respon penutur terhadap situasi tutur (seperti kehadiran seseorang dari luar dan perubahan topik pembicaraan) dan  sebagai alat retorik (seperti penekanan pada kata-kata tertentu atau penghindaran terhadap kata-kata yang tabu). Menurut Blom dan Gumperz (1972: 408-409) ada dua macam alih kode, yaitu (1) alih kode situasional (situational switching) dan (2) alih kode metaforis  (metaphorical switching). Alih kode yang pertama terjadi karena perubahan situasi, sedangkan alih kode yang kedua terjadi karena bahasa atau ragam bahasa yang dipakai merupakan metafora (yang melambangkan identitas penutur).



BAB III
PEMBAHASAN

A.    Penggunaan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris dalam Kehidupan Sehari – Hari
Penggunaan bahasa asing dan kosa kata yang berasal dari bahasa asing, khususnya bahasa Inggris sering digunakan. Ada dua penyerapan kata – kata dan ungkapan – ungkapan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Cara pertama dengan menyerap secara seutuhnya, baik dalam ejaan maupun pada ucapan. Cara kedua dan merupakan cara yang paling banyak digunakan adalah dengan menyesuaikan ejaan maupun ucapannya. Contoh penyerapan secara utuh anatara lain acting, backing, cancel, emergency, fair,dan  fair play.

Bahasa Indonesia dianggap sebagai bahasa yang tidak keren dan tidak adaptif terhadap perkembangan zaman. Pemuda dan pemudi masa kini lebih akrab menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pergaulan dan percakapan. Nginggris dianggap simbol intelektualitas dan bagian dari globalisasi (atau ketidakpercayadirian menggunakan bahasa Indonesia). Pembelajaran bahasa Indonesia dianggap selesai ketika berada di bangku sekolah menengah. Alasan yang sering dikemukakan adalah sebagai orang Indonesia tentu sudah pasti mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Benarkah demikian? Jika kita amati, terutama anak muda, ternyata banyak yang masih rabun membaca, gagap berbicara, dan sulit menulis. Mereka cenderung menggampangkan urusan berbahasa Indonesia.
Penggunan bahasa di kalangan pelajar SD justru sangat sopan dan sangat jelas tutur katanya walaupun masih acak-acakan penempatan bahasa mungkin karena belum terpengarauh bahasa moderenisasi. Mungkin ketika mereka beranjak kelas 5 dan kelas 6 mulai terlihat bahasa yang aneh dan mulai memakai kata-kata yang tidak sopan misalya gue dan elu. Mungkin hal ini disebabkan oleh pengaruh lingkungan tempat tinggal mereka, umumnya mereka menyerap perkataan orang-orang yang dia lihat maupun mendengar perkatan di televisi karena sekarang banyak acara-acara televisi yang memasukkan bahasa-bahasa gaul di dalamnya dan mengikuti tren masa kini. Perkembanga bahasa dikalangan pelajar SD akan terus berkebang sesuai jaman dan tidak pernah hilang karna zaman terus berkembang dan bahasa pun ikut perkembang. Salah satu contohnya ada di situs di www.metrotvnews.com, dimana disana dijelaskan  bahwa para pelajar sekolah dasar Malaysia mencabut kebijakan penggunan bahasa Inggris sebagai bahasa untuk pelajaran matematika dan sains mulai tahun 2012 yang akan datang yang ditetapkan oleh wakil perdana mentri Malaysia merangkap menteri pendidikan Muhyiddin Yasin yang mengumumkan kebijakan di Putrajaya pada Rabu (8/7).
Penggunaan bahasa saat ini sangat memprihatinkan, banyak bahasa yang tertinggal padahal banyak bahasa di Indonesia yang beraneka ragam seperti bahasa Sunda, Jawa, Madura dan lain-lain, yang kita kenal justru bahasa asing (bahasa Inggris), bahasa yang harusnya kita kenal dan budayakan makin tertinggal atau malah sudah tidak digunakan lagi.
Fenomena yang terlihat saat ini adalah istilah dari bahasa Inggris masih kerap dipakai dalam hal yang menyangkut komputer dan peralatan elektronik lainnya. Istilah-istilah seperti software dan hardware lebih sering digunakan dibanding padan katanya dalam bahasa Indonesia; piranti lunak dan piranti keras. Istilah telepon genggam juga telah kalah populer dengan handphone. Beberapa istilah asing yang populer dalam dunia perdagangan adalah; entrepeneurship yang menggusur kata kewirausahaan, writerpeneurship yang menggantikan istilah kepenulisan, franchise yang menggeser padan katanya; waralaba, delivery service yang lebih populer dibanding layanan antar, dan masih banyak contoh lainnya.
Sudah bukan rahasia lagi bahwa hampir seluruh tayangan berbahasa asing selain bahasa Inggris akan disulihsuarakan ke dalam bahasa Indonesia. Sementara mayoritas tayangan yang menggunakan bahasa Inggris tetap ditayangkan dalam bahasa aslinya disertai dengan teks berbahasa Indonesia. Ini menimbulkan pertanyaan di diri kita, apa keistimewaan yang dimiliki bahasa Inggris sehingga mendapat perlakuan istimewa seperti ini? Anggapan bahwa bahasa Inggris adalah bahasa dunia mungkin saja menjadi salah satu penyebabnya. Hanya saja ini hal ini tampaknya ditelan mentah-mentah oleh praktisi pertelevisian. Karena akibat jangka panjangnya adalah munculnya rasa inferior dari penonton terhadap bahasanya sendiri, bahasa Indonesia. Di sisi lain penonton juga akan terkooptasi dengan pikiran bahwa bahasa Inggris adalah bagian tak terpisahkan dari kemajuan dan modernitas.
Fenomena tentang keironisan bahasa Indonesia juga terlihat dalam dunia pendidikan saat ini. Mayoritas pelajar di negeri ini tidak lulus Ujian Akhir Nasional (UAN) karena mendapat nilai rendah pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Sebaliknya, mereka justru mendapat nilai tinggi untuk mata pelajaran bahasa Inggris. Ironisnya, fenomena ini terjadi di hampir seluruh sekolah di Indonesia. Tak ayal, beberapa pihak yang terkait pun saling tuding, seakan mau lepas tangan terhadap masalah ini. Satu hal yang nyata dan dirasakan betul oleh masyarakat adalah, bahwa seseorang yang piawai berbahasa Indonesia tidak membuat mereka tenang dalam karir dan pekerjaan. Sebaliknya, orang yang menguasai bahasa Inggris akan mudah dalam karirnya. Mungkinkah ini akibat globalisasi? Tapi apakah kita harus menyerah dengan globalisasi yang justru kemudian mengorbankan bahasa sendiri? Tentunya tidak demikian.
Pemerintah harus mencari program dan aplikasinya agar siswa yang pandai dalam pelajaran bahasa Indonesia mendapatkan karir yang baik selepas pendidikan mereka. Jika perlu, hendaknya pemerintah menyediakan program beasiswa khusus bagi mereka yang meraih nilai tinggi dalam pelajaran bahasa Indonesia.
Di sisi lain, masyarakat kita sendiri justru lebih merasa bangga jika anaknya pandai dalam pelajaran bahasa Inggris daripada bahasa Indonesia. Banyak orangtua yang meminta anaknya untuk kursus tambahan bahasa Inggris. Tidak hanya itu, orangtua yang mampu cenderung lebih memilih anaknya bersekolah ke sekolah yang bertaraf internasional, salah satu tujuannya tentu saja untuk menunjang kemampuan berbahasa Inggris anak-anak mereka. Pemerintah bisa saja berdalih bahwa keberadaan sekolah-sekolah bertaraf internasional itu demi meningkatkan mutu pendidikan nasional. Namun, mengapa bahasa Inggris yang justru dijadikan unggulan.

B.     Faktor – Faktor yang Memengaruhi Penurunan Eksistensi Bahasa Indonesia
Banyak hal yang sebenarnya menjadi penyebab mengapa bahasa Indonesia seakan menjadi orang asing di negeri sendiri. Pertama, citra penggunaan bahasa Inggris dianggap identik dengan kemajuan, modernitas, kecanggihan, dan gaya hidup masa kini. Hal ini diperparah dengan fakta bahwa sebagian besar konsumsi produk teknologi masih bergantung pada produk luar negeri. Karena bahasa yang umum digunakan komputer, piranti lunak, telepon genggam, serta berbagai produk lainnya adalah bahasa inggris maka penggunaan bahasa Indonesia tak terpakai di produk tersebut. Hal ini sudah berlangsung sangat lama. Sehingga meskipun produk teknologi yang menggunakan bahasa Indonesia telah diluncurkan, seperti sistem operasi komputer Windows versi bahasa Indonesia, namun produk itu kalah karena pemakaian bahasa Inggris dibidang teknologi terlanjur melekat di hati penggunanya. Kita lihat “download” lebih populer dibanding “unduh” dan “misscall” lebih populer dibanding “panggilan tak terjawab”. Akhirnya berbagai pihak beramai-ramai menggunakan bahasa Inggris agar dianggap modern, maju, canggih, dan trendi. Bahasa Inggris tak hanya diselipkan dalam percakapan baik formal maupun informal. Melainkan juga dipakai sebagai istilah dalam dunia pendidikan, teknologi komunikasi, dan perdagangan. Sebagian besar istilah asing tersebut tetap digunakan kendati sudah ada padan katanya dalam bahasa Indonesia.
Kedua, kini anak-anak telah diperkenalkan bahasa asing dalam usia yang sangat dini. Bahasa Inggris tak hanya diajarkan mulai kelas 1 SD. Di beberapa TK juga telah diajarkan bahasa Inggris.  Bahkan ada pula bahasa Mandarin dan bahasa Jerman di beberapa TK lainnya. Akibatnya mereka kehilangan kesempatan untuk lebih dekat dengan bahasa Indonesia dan bahasa daerahnya. Padahal di usia yang sangat dini perlu ada penanaman rasa cinta terhadap bangsa dan negara. Dan hal itu tentu tidak bisa dilakukan tanpa pembelajaran bahasa Indonesia secara intensif.
Faktor ketiga adalah belum adanya undang-undang yang mengatur kaidah tata bahasa dengan jelas. Kini formalitas hukum mengenai tata bahasa nasional mutlak diperlukan. Hal itu disebabkan perkembangan teknologi informasi yang mencapai taraf komunikasi antar bahasa dan budaya tanpa batas ruang dan waktu. Selain itu pemaksaan globalisasi kepada seluruh negara di dunia juga berpotensi mengancam bahasa nasional. Tanpa undang-undang kebahasaan, infiltrasi bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia akan makin gencar dan menjadi-jadi. Bukankah kedaulatan Indonesia sudah digempur dari segala lini? Kita sudah tak memiliki kedaulatan pangan, kedaulatan pertahanan militer, juga kedaulatan ekonomi. Jadi bukan suatu hal yang mustahil kelak kedaulatan bahasa akan bobol dan bahasa Indonesia punah karena tidak kita lindungi dan lestarikan. Pelajaran dan pengajaran bahasa dan sastra di sekolah-sekolah dan juga di universitas-universitas harus dievaluasi ulang. Selama ini mayoritas praktek pendidikan bahasa dan sastra hanya berkutat pada hapalan dan latihan soal saja. Peserta didik tidak diajari untuk mengenal karya sastra, memahaminya, dan membuat karya sastranya sendiri. Selama ini peserta didik hanya diarahkan untuk mencetak skor atau nilai dalam Rapor dan ujian-ujian. Inilah yang keliru. Bahasa dan Sastra tidak sama dengan Matematika dan Fisika. Karenanya tidak bisa dan tidak boleh diperlakukan sama dengan pelajaran eksakta lainnya. Hendaknya dalam hal bahasa, selain diajarkan materi-materi bahasa, peserta didik seharusnya dilibatkan dalam banyak praktek ataupun pengamatan langsung. Misalkan peserta didik diputarkan rekaman pidato Soekarno. Bisa juga difasilitasi dengan pengadaan lomba-lomba terkait bahasa Indonesia, seperti lomba menulis essei, lomba pidato, lomba debat, maupun lomba-lomba lainnya yang memotifasi peserta didik. Sedangkan dalam hal sastra, peserta didik hendaknya dikenalkan pada karya-karya sastra bermutu milik anak bangsa. Dikenalkan bukan berarti hanya sebatas pada melihat sekelumit cerita dan latar belakangnya namun diajak untuk membaca secara penuh karya sastra tersebut.


C.  Dampak Positif dan Negatif  Masuknya Bahasa Asing terhadap Bahasa Indonesia
Zaman sekarang hanya bisa menggunakan satu bahasa saja sangatlah sulit untuk bisa masuk dalam persaingan global . Apalagi predikat negara kita yaitu sebagai negara berkembang yang masih memerlukan kontribusi dari negara maju yang lain. Dengan apakah agar kontribusi itu bisa diterima ? Apalagi kalau bukan bahasa . Setiap individu setidaknya bisa menggunakan bahasa asing atau bahasa internasional yakni bahasa Inggris. Untuk bisa berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang dari negara lain, orang tersebut pasti menggunakan bahasa Inggris, tidak terkecuali orang Indonesia. Bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa asing di negara indonesia dan mempunyai peranan besar bagi bangsa Indonesia itu sendiri.            Pengaruh yang diberi pun beraneka ragam. Ada yang memberikan pengaruh positif dan tidak jarang juga ada yang meberikan pengaruh negatif.
Dengan keberadaan bahsasa inggris sebagai bahasa internasional, pendidikan indonesia mulai dari TK sampai dengan universitas memiliki pelajaran tentang bahasa Inggris. Ini dilakukan agar sumber daya manusia Indonesia dapat ikut andil dalam globalisasi dunia. Pengaruh yang cukup positif bukan. Pengaruh negatif dari bahasa asing itu sendiri pasti ada. Belakangan ini, pengaruh negatif dari bahasa asing tersebut sudah terlihat. Seperti pada perkembangan anak. Cara pemakaian bahasa belakang ini yang sedang populer di semua kalangan adalah penggunaan bahasa campur aduk. Bahasa Indonesia dikombinasikan dengan bahasa asing. Banyak anak – anak sekarang yang merasa lebih percaya diri dan gaul jika menggunakan bahasa campur aduk tersebut. Ini jelas mengurangi kekaedahan dan keabsahan akan bahasa Indonesia yang menjadi bahasa persatuan kita .
Pengaruh negatif masuknya bahasa asing :
      Anak-anak mulai mengentengkan/menggampangkan untuk belajar bahasa Indonesia.
      Rakyat Indonesia semakinlama kelamaan akan lupa kalau bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan.
      Anak-anak mulai menganggap rendah bacaan Indonesia.
      Lama kelamaan rakyat Indonesia akan sulit mengutarakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
      mampu melunturkan semangat nasionalisme dan sikap bangga pada bahasa dan budaya sendiri.
Pengaruh positif masuknya bahasa asing :
      mampu meningkatkan pemerolehan bahasa anak
      semakin banyak orang yang mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris maka akan semakin cepat pula proses transfer ilmu pengetahuan
      menguntungkan dalam berbagai kegiatan (pergaulan internasional, bisnis, sekolah)
      anak dapat memperoleh dua atau lebih bahasa dengan baik apabila terdapat pola sosial yang konsisten dalam komunikasi, seperti dengan siapa berbahasa apa, di mana berbahasa apa, atau kapan berbahasa apa

D.  Upaya untuk Menjaga Popularitas dan Eksistensi Bahasa Indonesia
Salah satu upaya menjaga eksistensi bahasa Indonesia adalah adanya undang-undang kebahsaan yang efektif, undang-undang itu setidaknya memuat lima hal. Pertama, pengaturan mengenai penggunaan bahasa Indonesia sesuai EYD dan koridornya. Kedua, paraturan penggunaan bahasa Indonesia dalam media massa. Ketiga, peraturan menyangkut penempatan penggunaan bahasa asing. Keempat, perlindungan terhadap bahasa daerah. Kelima, perlakuan khusus di bidang kesenian.
Pengaturan penggunaan bahasa Indonesia sendiri menyangkut beberapa aspek. Pertama, pengunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar wajib dipraktekkan dalam semua lingkungan dan aktfitas formal. Lingkungan tersebut mencakup semua institusi pendidikan, tempat kerja, serta fasilitas-fasilitas umum. Kedua, pengaturan penggunaan bahasa Indonesia dalam media massa. Sebagai alat komunikasi yang menyeluruh, media massa jelas merupakan penentu keberlangsungan suatu bahasa. Karenanya media massa harus dirangkul, didisiplinkan, serta dijadikan instrumen pengawal dan pelestari bahasa Indonesia. Dalam penjelasan yang lebih rinci ada beberapa hal yang harus diterapkan pada media massa di Indonesia. Hal itu terdiri dari pengaturan bahasa Indonesia pada semua media cetak dan acara televisi bersifat formal, pembatasan iklan berbahasa asing, serta penghapusan sikap pengistimewaan bahasa Inggris dalam tayangan asing. Ketiga, penempatan pendidikan bahasa asing dalam kaidah yang benar. Televisi selalu menampilkan tayangan yang jor-joran dalam menyelipkan bahasa asing (dalam hal ini bahasa Inggris). Namun sangat jarang atau bahkan tidak pernah menampilkan pendidikan bahasa asing sebagai salah satu tayangannya. Akibatnya muncul banyak bahasa Inggris salah kaprah yang disebut bahasa Inggris setengah matang dalam cergam Lagak Jakarta. Bahasa Inggris akhirnya hanya dipakai sebagai pemoles bahasa pergaulan sehari-hari untuk menunjukkan bahwa pembicara adalah orang yang maju meski tidak jelas maju kemana. Inilah yang harus diubah. Tiap stasiun televisi setidaknya harus menayangkan setidaknya satu program pendidikan bahasa asing. Dengan pendidikan yang benar, masyarakat akan mampu menguasai bahasa asing tanpa harus selalu berbahasa asing. Ini dibuktikan dengan KH Agus Salim yang meskipun menguasai lima bahasa tidak serta merta selalu berbahasa asing. Ia bahkan menjunjung tinggi bahasa Indonesia. Keempat, harus ada perlindungan khusus terhadap bahasa daerah. Jangan sampai keanekaragaman daerah yang salah satunya berupa bahasa daerah tergerus oleh hal-hal baru yang masuk dari luar. Ini bisa diterapkan dengan pengoptimalan pengajaran bahasa daerah melalui pelajaran muatan lokal (Mulok). Wewenang pengajaran bahasa daerah melalui mulok ini sebaiknya didesentralisasikan dengan diserahkan ke tiap kota, bukan sentralistik dengan ditentukan oleh pusat maupun provinsi. Karena walaupun sudah berada pada provinsi yang sama, Jawa Timur misalnya. Bahasa Jawa yang dipakai di Surabaya lain dengan bahasa Jawa yang dipakai di Malang maupun di Blitar. Karena bentuknya mulok maka bahasa daerah ini tak perlu diujikan dan hanya bertujuan pembelajaran agar anak didik tidak tercerabut dari budaya daerahnya. Kelima, harus ada pengaturan khusus untuk bidang kesenian. Kreatifitas seniman tidak boleh dibelenggu dengan peraturan kebahasaan ini. Meski harus diakui saat ini semakin banyak musisi yang menggunakan bahasa Inggris dalam lirik lagunya, baik hanya menyelipkan atau menggunakan dengan penuh. Hal semacam ini cukup diarahkan dengan membentuk organisasi-organisasi kesenian yang mengarahkan seniman-seniman Indonesia. Selain itu untuk mendorong kecintaan terhadap bahasa Indonesia, harus ada penghargaan untuk seniman-seniman (terutama musisi karena karya-karya musisi yang sering diterima secara luas oleh masyarakat) atas konsistensi mereka menggunakan bahasa Indonesia dan keberhasilan mereka membuat lirik yang bagus dari bahasa Indonesia. Musisi-musisi yang pantas diganjar penghargaan ini antara lain Efek Rumah Kaca dan Koil.
Upaya lain untuk menanamkan rasa kecintaan terhadap bahasa kebangsan itu, antara lain, dilakukan melalui peningkatan mutu kampanye “penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar” ke seluruh lapisan masyarakat dengan pendekatan dan metode yang sesuai dengan perkembangan zaman. Upaya perluasan penggunaan bahasa Indonesia ke luar masyarakat Indonesia merupakan langkah memperbaiki citra Indonesia di dunia internasional melalui peningkatan mutu pengajaran bahasa Indonesia untuk penutur asing (BIPA), yang pada gilirannya akan menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa perhubungan luas di dunia internasional.














BAB IV
PENUTUP

A.    Simpulan
1.      Penggunaan bahasa asing dan kosa kata yang berasal dari bahasa asing, khususnya bahasa Inggris sering digunakan. Ada dua penyerapan kata – kata dan ungkapan – ungkapan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Cara pertama dengan menyerap secara seutuhnya, baik dalam ejaan maupun pada ucapan. Cara kedua dan merupakan cara yang paling banyak digunakan adalah dengan menyesuaikan ejaan maupun ucapannya
2.      Banyak hal yang sebenarnya menjadi penyebab mengapa bahasa Indonesia seakan menjadi orang asing di negeri sendiri. Pertama, citra penggunaan bahasa Inggris dianggap identik dengan kemajuan, modernitas, kecanggihan, dan gaya hidup masa kini. Kedua, kini anak-anak telah diperkenalkan bahasa asing dalam usia yang sangat dini. Faktor ketiga adalah belum adanya undang-undang yang mengatur kaidah tata bahasa dengan jelas
3.      Pengaruh negatif masuknya bahasa asing :
·         Anak-anak mulai mengentengkan/menggampangkan untuk belajar bahasa Indonesia.
·         Rakyat Indonesia semakinlama kelamaan akan lupa kalau bahasa Indonesia            merupakan bahasa persatuan.
·         Anak-anak mulai menganggap rendah bacaan Indonesia.
·         Lama kelamaan rakyat Indonesia akan sulit mengutarakan bahasa Indonesia           yang baik dan benar.
·         mampu melunturkan semangat nasionalisme dan sikap bangga pada bahasa             dan budaya sendiri.
     Pengaruh positif masuknya bahasa asing :
·         mampu meningkatkan pemerolehan bahasa anak
·         semakin banyak orang yang mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris    maka akan semakin cepat pula proses transfer ilmu pengetahuan
·         menguntungkan dalam berbagai kegiatan (pergaulan internasional, bisnis,    sekolah)
·         anak dapat memperoleh dua atau lebih bahasa dengan baik apabila terdapat            pola sosial yang konsisten dalam komunikasi, seperti dengan siapa        berbahasa apa, di mana berbahasa apa, atau kapan berbahasa apa
4.      Salah satu upaya menjaga eksistensi bahasa Indonesia adalah adanya undang-undang kebahsaan yang efektif, undang-undang itu setidaknya memuat lima hal. Pertama, pengaturan mengenai penggunaan bahasa Indonesia sesuai EYD dan koridornya. Kedua, paraturan penggunaan bahasa Indonesia dalam media massa. Ketiga, peraturan menyangkut penempatan penggunaan bahasa asing. Keempat, perlindungan terhadap bahasa daerah. Kelima, perlakuan khusus di bidang kesenian.

B.     Saran
1.      Penggunaan bahasa asing dan kosa kata yang berasal dari bahasa asing, khususnya bahasa Inggris sering digunakan, akan tetapi kita harus pandai memilah-milah mana kosakata dari bahasa asing yang patut untuk digunakan
2.      Banyak hal yang sebenarnya menjadi penyebab mengapa bahasa Indonesia seakan menjadi orang asing di negeri sendiri. Pertama, citra penggunaan bahasa Inggris dianggap identik dengan kemajuan, modernitas, kecanggihan, dan gaya hidup masa kini. Oleh karena itu, sebagai generasi penerus bangsa kita juga harus bisa menyamakan citra bahasa Indonesia seperti bahasa Inggris. Atau bahkan bisa melebihi eksistensi dari bahasa Inggris
3.      Dampak positif dan negatif selalu beriringan dalam menghadapi suatu hal. Dalam hal ini khususnya adalah masuknya bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Sebaiknya kita harus bisa menanggapi dengan bijaksana dampak positif dan negatif itu.
4.      Upaya untuk menjaga eksistensi dan popularitas bahasa Indonesia adalah dengan mengajarkan berbahasa Indonesia secara baik dan benar kepada generasi muda sejak dini, serta menjaga karakteristik bangsa Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar